Friday, August 14, 2015

Waktu Kamu Rindu


“Sekurang ajar itu kah rindu bisa membuatku kurang fokus pada pekerjaanku?
Sebegitu hebatnya rindu bisa membuatku susah tidur setiap hari?
Sepenting itu kah rindu harus diciptakan di dunia?
Siapa sih sebenarnya yang menciptakan rindu?” Kataku bergumam dalam hati. Aku kesal sendiri.  


Bila kamu merasa orang yang sedang rindu itu berlebihan, maka hati kecilmu terlalu takut untuk mengatakan sebuah rindu. Entah dari mana datangnya rindu, ia datang begitu saja. Bukan kah rindu bisa pada siapa saja? Bukan kah masa bisa dirindukan pula?

Butiran rindu menggelembung dari kecil hingga membesar dan pada akhirnya akan pecah, sehingga membuatmu merasa terganggu akan kehadiran rindu sendiri dan yang selaras adalah jika gelembung rindu yang kamu buat akan bertemu gelembung rindu yang lain yang tentu tertuju padamu. Maka, gelembung akan terpecah dengan semestinya.

Kadang aku berpikir hingga gelatak-gelitik tidak bisa tidur tidak karuan bukan karena benar-benar rindu dan ada beberapa pertanyaan yang menggelitik like psychological effect my mind:
  1. Dari mana kah asal muasal rindu?
  2. Fakta ilmiah apa yang menyebabkan manusia bisa rindu?
  3. Apa rindu hanya bisa dirasakan oleh manusa saja? Apa hewan, tanaman, dan jin juga merasakan rindu?
What makes us miss someone? Menurut, St. Emilion dalam sebuah discussions room, “Ego attachment. We don’t like losing what we’ve grown accustomed to, it’s instinct. Doesn’t mean it’s a good thing though. Maybe you just remembered her/him being good at that kind of stuff and therefore started thinking of her when the problem appeared and then came the feelings of missing him/her, triggered by thinking of him/her”

Menurut dr. Koesmanto dalam kompasiana, “Hal-hal yang berkaitan dengan fantasi/pemahaman suatu kejadian, letak pusat otaknya ada di bagian depan (frontal lobe). Maka tidaklah heran, bila zat-zat perusak otak besar bagian depan (Narkoba) sangat mengganggu sekali kepribadian manusia. Zat yang hampir sejenis morphin dan diproduksi oleh tubuh manusia adalah Endomorphin. Zat yang mampu membuat kita bahagia atau sedih. Zat ini pula sangat berpengaruh terhadap terjadinya fantasi "Rindu". 
Ketika merasakan rindu, jika diukur dengan satuan yang abstrak, “mengapa  saya lebih rindu si A daripada B?” mengapa bisa seperti itu? Karena sesuatu yang biasanya ada dan hadir setiap hari yang tiba-tiba hilang. Menjadikan terasa hilang dalam kebiasaan hidup. Maka tingkat ke"Rindu"an semakin terasa. Disinilah mulai terjadi ketidakseimbangan antara logika dan perasaan hati.

rin·du a 1 sangat ingin dan berharap benar thd sesuatu; 2 memiliki keinginan yg kuat untuk bertemu
me·rin·du v 1 menjadi rindu; menanggung rindu
me·rin·du·kan v 1 sangat menginginkan dan mengharapkan (hendak bertemu); 2 menaruh cinta kpd; 3 membangkitkan rasa rindu
rin·du·an n sesuatu yg dirindukan;
ke·rin·du·an n perihal rindu; keinginan dan harapan (akan bertemu)

KBBI saja tahu bagaimana mengatasi rindu, masa kamu tidak?

Sama seperti kopi, kopi itu sederhana, hanya filosofinya saja yang bermacam-macam. Rindu pun begitu. Rindu dibuat susah bagi mereka yang kehabisan akal bagaimana cara menangani tekanan psikologis yang satu ini. Oh... bukan, bisa jadi tekanan psikologis kalau rindu bertepuk sebelah tangan. Penghalau rindu itu juga sederhana ko. Bertemu adalah obat rindu yang paling mujarab.

dan sebuah peluk.


*Dan, pertanyaan terakhirku belum terpecahkan, “apa rindu hanya bisa dirasakan oleh manusa saja? Apa hewan, tanaman, dan jin juga merasakan rindu?” Apa ada yang bisa membantuku untuk menjawabnya?

Saturday, August 1, 2015

No Father-Daughter Wedding Song



Karena anak perempuan tidak akan bisa bertahan tanpa nasihat ayahnya” – Perempuan Sore



Sebaiknya aku tak perlu seemosional ini ketika menceritakan soal seorang ayah. Si anak perempuan manja ini tadi pagi sempat menangis ketika ingat bahwa hari ini adalah tanggal 1 Agustus, artinya sudah 13 tahun ia tinggal pergi oleh Ayahnya tanpa pamit. Lelaki kesayangannya diperintah Tuhan untuk segera pulang.

Amarahku tak tertahan, emosiku meledak-ledak, dan tak sanggup lagi menyeka air mata yang terbuang. Pernah suatu hari, ketika melihat seorang anak perempuan lain memakai toga dan hari bahagianya yang nampak begitu sempurna. Ayahnya menggeondongnya dengan perasaan yang nampak bahagia tiada tandingan. Ketika melihatnya, hatiku sakit bukan main. Aku merasa Tuhan tidak berada di pihakku. Aku benar-benar menangis melebihi tersedu-sedu. Mengapa harus ayahku yang pulang? Bukan ayah dari anak-anak yang lain? Saat itu, aku marah pada Tuhan. Aku berada di titik yang mudah dijatuhkan.

Marahku pada peciptaku membuatku tidak mau menepati kewajiban sebagai seorang muslimah, tidak mau solat, malas berbuat baik, mulai mengabaikan keluarga, merokok, hingga mabuk-mabukan. Belum lagi berkali-kali patah hati yang karena memang bukan kesalahanku. Tak ada yang bisa menjagaku. Semua keburukan seakan menjadi temanku. Aku seperti binatang liar yang lepas dari kandangnya, berkeliaran tidak tahu mau kemana, dan tidak menemukan jalan pulang.

Sedari dulu, aku merasa ingin segera menikah, agar ada yang bisa menggantikan tugas ayahku untuk menjagaku, melindungiku, dan menuntunku untuk berubah menjadi seorang anak perempuan yang baik. Saat mengenakan toga pun hatiku terasa sakit sekali, apalagi ketika aku akan menikah nanti? Aku benar-benar takut. Hatiku pasti akan lebih sakit dari hari yang lalu ketika aku mengenakan toga. 

Tahun 2015 ini, Tuhan membukakan pintu untuk kembali ke jalan-Nya. Bulan Mei lalu aku ditegur-Nya dan Tuhan Maha baik, ia memberiku sakit yang tidak bisa dijelaskan secara medis sebagai jalan untuk menjadi anak yang baik bagi keluarga dan sebagai penggugur dosa-dosaku. ‘Ngadoja ka Gusti Allah’ adalah dosa terberatku, aku mengakuinya.

Tentu, semua anak perempuan ingin menikah dengan didampingi ayahnya sebagai wali nikahnya. Bahkan, lagu ‘Marry Your Daughter’ yang diinginkan hampir semua anak perempuan pun seakan tidak bisa berlaku untukku. Lelaki yang aku cari adalah tentu yang bisa menjadi pengganti sosok ayahku yang bisa mendekatku dengan Tuhan, menggantikan tugas ayahku untuk melindungi si anak manja ini, dan tentu menyayangi keluargaku. 

Jangan salahkan aku jika aku sering menangisi ayah, bukan karena aku marah pada-Mu. Ini hanya bentuk kerinduan lain untuk ayah. Hatiku sudah tidak sakit lagi, seharusnya. Doa-doaku menemanimu di rumah Tuhan, begitu pula doa-doamu yang menuntunku di dunia.

Semoga di hari yang abadi nanti, aku akan tetap menjadi anak perempuanmu dan engkau akan tetap menjadi ayahku.