Sore itu aku
terburu-buru untuk segera berangkat agar tidak terjebak hujan di jalan. Langit
sudah menghitam dan tetesan airnya sudah menyentuh tanah. Secara kebutulan hari
ini aku mengenakan lungsuran hitam tak lupa dengan payung bemotif bunga di
tangan, semacam setelan untuk datang ke pemakaman.
Dalam
perjalanan, aku selalu menyempatkan diri melihat pantulan wajahku di cermin.
Aura wajahku seperti meredup hari ini. Tatanan rambutku yang biasanya tergerai
halus mengembang, hari ini tergerai berantakan tak karuan. Riasan wajah yang
biasanya membuatkan terlihat cerah, hari ini aku poles seadanya. Pakaian yang
aku kenakanpun biasanya aku setrika rapi, hari ini nampak kusut. Sapaan manis
biasanya aku tebarkan kepada security di
komplek, hari ini sapaanku tersendat di tenggorokan. Apa yang terjadi padaku
hari ini?
Pikiranku sedang
berlarian entah kemana. Memori-memori yang aku simpan rapi itu seketika
berhamburan dan berantakan hingga sulit untuk aku membenahinya kembali.
orang-orang menyebutkanku sebagai orang yang rajin galau, bukan hanya rajin
tetapi pandai dalam bergalau. Itu diakibatkan daya ingatku yang sangat tinggi
presentasenya, dalam tes IQ pun dikatakan begitu jadi mungkin suatu kewajaran
jika aku sulit melupakan masa-masa pahit. Sebetulnya tak baik juga mengkambinghitamkan
bahkan menyalahkan daya ingatku yang sangat kuat ini.
Waktu sudah
mengarahkan jarumnya ke arah angka tiga. Hujan mengguyur Bandung. Aku
menggunggu kawanku untuk berangkat bersama-sama. Aku menunggunya di depan
sebuah mall kumpulan para chinesse.
Tiba-tiba saja lidahku ini ingin mengecap dinginnya eskrim. Ya, terdengar aneh.
Namun menurutku eskrim akan disantap lebih nikmat ketika cuaca dingin. Aku
memasuki restoran cepat saji yang menyiadakan berbagai makanan penyuntik lemak.
Antrian yang cukup panjang tak menyurutkan niatku untuk menjilat lelehan
mcflurry milo.
Apa yang kamu
pikirkan jika melihat seorang perempuan duduk sendirian diantara kerumunan
orang yang tak dikenal satupun? Dan yang dilakukan seorang perempuan itu hanya
duduk, menjilati eskrim dan memperhatikan satu persatu orang yang lewat
dihadapannya? Apa kamu merasa perempuan itu aneh? Itulah yang aku lakukan sore
itu. Tak peduli orang melihatku aneh. Aku sering melakukannya. Datang sendirian
ke suatu tempat dan memperhatikan gerak-gerik orang yang lalu-lalang
dihadapanku. Melatih diri membaca karakter setiap manusia. Selama
bertahun-tahun aku sering melakukan hal aneh ini tapi ternyata sulit. Entah
diwarisi dari mana, aku tak mempunyai kemampuan untuk belajar dengan cepat, aku
belajar dengan lamban. Hasil tes IQ pun tidak cukup membanggakan, nilainya tak
mencapai 125. Terkadang aku sulit membaca keadaan dan karakteristik setiap
manusia yang ada didekatku.
Saat
sedang mengantri tadi aku memperhatikan seorang wanita chinesse kira-kira berusia 28 tahun. Ia mengenakan pakaian yang
mengundang siapapun yang melihatnya,
tanktop berwarna khaki dengan
model cup yang menimbulkan efek 3D
pada payudaranya dan hotpants
berwarna senada, tak lupa wedges yang
dikenakannya lebih cocok untuk dijadikan bakiak masjid. Selama mengantri ia
hanya berkomentar dan berceloteh seakan dialah pemilih restoran cepat saji ini.
Riasan di wajahnya pun memperkuat garis karakternya yang kuat. Watak keras tak
sabaran juga egois muncul dari pancaran wajahnya. Terlihat sekali, dia mungkin
istri seorang penguasaha kaya yang dari tatapan ekor matanya ia sedikit
mencibir siapapun yang lebih rendah dari dirinya. Cukup mengerikan melihat ada
seorang wanita seseram itu.
Saat
aku melahap eskrim itu, ada seorang karyawan yang sedang mengepel lantai
dihadapanku. Mungkin usianya 34 tahun, sudah menikah dan memiliki lebih dari 1
anak. Wajahnya yang letih tak bisa ia sembunyikan meski dari mulutnya ia
menghibur diri dengan menyanyikan sebuah lagu yang judulnya tak aku ketahui.
Disebelahku ada seorang pria yang sedang menyantap nikmat sepotong ayam tepung
andalan restoran ini sendirian. Usianya terlihat 29 tahun dan sepertinya belum
menikah. Mulutnya memang mengunyah dan menikmati apa yang dilahapnya tetapi
pikirannya terlihat tidak di tempat, pikirannya terlihat melayang-layang entah
kemana. Selanjutnya, seorang ibu muda yang cantik dan seksi berusia sekitar 35
tahun mengenakan dress berwarna putih
gading dipadupanankan dengan warna coklat terlihat cocok. Ia menemani anaknya
untuk makan siang disini, namun ada karakter keras yang ia simpan, entah
karakter seperti apa yang membuat ia terlihat nampak dua sisi yang berbeda.
Kembali
aku memerhatikan wajahku di cermin kecil yang selalu aku bawa kemanapun. Aura
wajahku masih begini tak berubah. Kata kakakku yang sudah 22 tahun mengenalku
luar dalam, ia mengatakan aura wajah yang aku munculkan tergantung dari suasana
hati yang sedang aku rasakan. Benarkah? Aku rasa memang begitu. Sebulan yang
lalu, aku sempat bercerita panjang lebar semalaman dengan kawanku. Ia
mengatakan wajahku nampak tidak segar dan auraku nampak tidak terlihat dan
benar saja, aku sedang mengalami masa-masa sulit yang sangat hebat saat itu.
Hidupku sedang dalam kepahitan. Mungkin nampak berlebihan namun begitulah
adanya. Bagaimana cara memperbaiki aura wajah? Dimanakah aku bisa menemukan
reparasi aura wajah? Akupun sadar, semuanya akan percuma dan sia-sia jika aku
masih tergulung dan terhempas dari masa-masa pahit itu.
Kawanku
sudah sampai, aku sudahi latihan ini dengan mood
yang mulai membaik. Apa senyumku sudah mulai mengembang manis seperti biasanya?
Apa karakter manusia baik sudah muncul di wajahku? Apa kecantikan aura itu akan
benar-benar nampak ketika aku bahagia? Entahlah, aku tak bisa melihatnya
sendiri. Tolong bantu aku untuk membacanya.
30 September
2012
21:05