Monday, April 29, 2013

Sebuah Pengakuan


A confenssion atau sebuah pengakuan. Setelah membaca trilogi Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami yang merupakan sebuah autobiografi. Ia menuliskannya dengan berani, lugas dan santai tentang kehidupannya yang pernah mengalami masa-masa ‘kesedihan’ dengan menuliskan tentang sebuah pengakuan hidupnya yang pernah menjadi seorang perempuan yang ‘tidak menikah’ meskipun pada akhirnya ia menikah juga. Pengakuannya melepas keperawanan di usia 20 dan menjadi peselingkuh. Bagiku itu tindakan yang sangat berani namun Ayu tak salah langkah. Dengan melakukan sebuah pengakuan, mungkin kini hidupnya akan terasa lebih ringan. Bukan pengakuan dosa biasa yang jemaat kristiani lakukan di gereja melainkan sebuah pengakuan yang luar biasa.
Perlu keberanian untuk melakukan sebuah pengakuan. Aku akan melakukannya. Ini hanya pengakuan biasa bukan pengakuan luar biasa yang dilakukan Ayu Utami. Aku belum mempunyai tabungan keberanian yang cukup, lagi pula, siapa aku? mengapa aku harus membuat sebuah pengakuan? Tak juga ada yang peduli aku melakukan sebuah pengakuan atau tidak. Aku hanya ingin sedikit melepaskan beban dan menghela nafas panjang.
Pengakuan pertama, aku bosan bergonta-ganti kekasih. Usiaku baru berjalan menuju tahun ke 23. Namun jumlah angka mantan kekasih hampir menyaingi jumlah usiaku. Apa ini hal yang biasa atau luar biasa? Semuanya relatif. Terkadang ada rasa iri jika melihat kawan-kawan sebayaku yang sudah menemukan tambatan hatinya hingga akhirnya menikah, paling tidak jika belum menikah, mereka berpacaran lama sekali, ada yang hubungannya hingga memasuki tahun ke 8. Kawan perempuan yang sebaya dengan usiaku sudah banyak yang naik pelaminan, diantara kawan-kawan semasa SMP hanya aku yang masih bergelut di bangku kuliah. Ini tidak adil. Bukan sombong. Bukan menunjukkan bahwa aku ini disukai banyak lelaki. Dalam setahun aku bisa berganti kekasih hingga 3 kali. Itu konyol dan tolol. Aku terkadang mengasihani diriku sendiri, apa aku ini gampangan? Tentu tidak. Aku tidak suka proses panjang yang bertele-tele. Jika mau katakan ‘Ya’ jika tidak mau katakan ‘tidak’. Aku begini hanya tak ingin menjadi korban pemberian harapan palsu. Menghindar dari jeratan PHP tidak menentukan nasib hati terluka lagi atau tidak. Pada akhirnya aku terluka lagi dan lagi. Saat berpacaran 3 tahun, aku diam saja padahal sudah diselingkuhi 2 kali. Mengunggu mantan kekasih selama hampir setahun hanya untuk ‘balikan’ dan pada akhirnya kandas juga hanya karena masalah kecil, penantian bodoh. Lima bulan menjalin kasih dan akhirnya ditinggalkan karena tak tahan dengan sifat burukku, padahal sudah ada rencana menikah dan masih banyak kesakitan lainnya. Untuk kali ini, aku hanya ingin satu. Satu tapi pasti. Tak mau lagi merasakan sakit hati berulang-ulang. Bullshit. Eek banteng.
Pengakuan kedua, aku masih ingin tetap menikah muda. Dulu sejak usia 13 tahun, aku menginginkan menikah di usia 21 tahun. Namun keinginan itu kandas, kini usiaku sudah hampir 23 tahun. Di saat usiaku menginjak 20 tahun, ada lelaki yang dulu berpacaran denganku. Saat usiaku 14, dia berusia 18 tahun. Aku dengannya berhubungan resmi selama 2 tahun tapi 2 tahun lagi mengambang. Keluargaku dengannya sudah dekat sekali. Dia menginginkanku kembali tapi aku begitu dingin padanya. Dia akhirnya memliih bertunangan dengan perempuan lain namun keinginannya lain, dia ingin tetap menikah denganku. Lelaki itu memintaku menikah dengannya saat dia sudah bertunangan, dia rela melepaskan tunangannya demi aku. Aku tidak buta dan tidak kalap mata dengan materi. Meski dia sudah menjadi pria mapan, penghasilan hampir mencapai angka belasan juta tetapi aku tidak sampai hati melukai hati tunangannya. Aku menolaknya. Setelah dipikir lagi, jodoh dan lamaran itu tidak datang 2 kali! Bagaimana ini? Sudahlah, mungkin caranya harus seperti itu. Biasanya jodoh datang tanpa di duga. Pertanyaannya, mengapa aku ingin menikah muda? aku hanya ingin dilindungi dan disayangi, sebagaimana ayah dulu melindungkiku.
Pengakuan ketiga, aku ingin bisa menjadi lebih dari lelaki. Dari deretan mantan kekasihku, ada beberapa lelaki dengan title ‘cowok tajir’ atau ‘anak orang kaya’. Aku hanya kebetulan mendapatkan lelaki seperti itu. Aku tak mencari. Semua lelaki ‘tajir’ yang pernah menjadi kekasihku, semuanya taik. Mereka menganggap aku berpacaran dengannya hanya sekedar materi, mereka sering memperlakukanku seenaknya. Dari mulai anak direktur, bergonta-ganti mobil setiap bertemu hingga lelaki yang isi dompetnya tak pernah habis, kelakuakan mereka bukan hanya seperti kakus tapi seperti mulut septic tank, menyebalkan bahkan menjijikan. Tak pernah aku melihat lelaki dari segi materi. Materi hanya membuatnya gelap mata. Tidak telalu parah jika lelaki tersebut bergelimang harta karena hasil keringat sendiri tetapi mereka sombong dengan kekayaan orang tua. Ingatlah, kekayaan akan dikalahkan dengan ketulusan juga hati yang baik. Aku tak mau terus menerus dipandang rendah oleh lelaki. Yakinlah, kelak lelaki-lelaki manja yang tajir dan sombong akan jatuh dan mereka akan berada jauh dibawahku. Aku bisa jauh di atas mereka. Bukan hanya soal materi tetapi harga diri.
Malam dengan pengakuan. Semuanya semacam nafas yang tertahan dan akhirnya bisa kembali berhembus. Semuanya bermula dari sakit hati. Kali ini, tidak akan ada lagi rasa sakit. A confession can clear up drama, pain and revenges.

Senin, 29 April 2013
22:40

Saturday, April 27, 2013

Searching for a Sincerity


Sincerity. Ketulusan. Benda bernama ketulusan bukan sembarang benda. Bagiku itu benda yang sangat harganya melebihi harga benda pusaka sekalipun. Tak ada yang namanya pamrih. Memberi tanpa harus menerima. Meski terdengar lemah dan bodoh, biarlah. Aku memang sedang mencari ketulusan. Hingga kini belum aku temukan. Jikapun pernah ada, itu ketulusan palsu. It’s a fake sincerity. Untukku hal tersebut termasuk ke dalam golongan tindakan kriminal kejiwaan. Juga perasaan.
Dunia ini memang sudah sinting. Manusia-manusia sudah edan. Bukan hanya hidung, mata, payudara dan kelamin yang dipalsukan bahkan manusia tega memalsukan jiwanya sendiri. Mungkin hatinya terbuat dari betonan gagal, dengan batu bata rapuh juga semen kualitas rendahan.
Bukan hanya berbicara soal permasalah cinta. Ketulusan memang sangat akrab dengan cinta. Persahabatan juga perlu ketulusan. Menjalani kehidupan juga harus bersama ketulusan juga ditemani keikhlasan. Sayangnya, otak manusia kini sudah dipenuhi dengan hijaunya lembaran-lembaran uang yang baunya tidak sedap. Hidupnya berloma-lomba untuk mencapai langit melebihi antariksa. Sombong sekali.
Apa gunanya uang jika kamu ada diambang kematian? Apakah menurutmu uang bisa mengembalikan nyawa yang telah mati? Uang hanya mematikan nyawa yang jiwanya sudah mati. Pamrih. Uang memang bisa menguasai apapun di dunia fana ini kecuali ketulusan.
Sudahlah. Aku hanya kesal. Mengapa yang dipikirkan manusia di dunia hanya uang, uang, uang, uang dan uang. Aku pun sempat kesal mengapa ketulusanku tak pernah berbayar kembali ketulusan. Ternyata aku masih jadi bagian manusia edan. Aku mengharapkan ketulusan yang aku berikan akan berbalik, kembali, timbal balik atau feed back. Aku pamrih. Dulu aku pamrih. Maunyaku ketulusan yang aku berikan kepada siapapun akan bisa berbalik pada diri sendiri. Ternyata memang tidak. Manusia tidak sama. Tidak akan pernah ada yang sama.
Dimanapun aku mencari ketulusan, mungkin Tuhan akan memberikannya ketika aku sudah tidak mencarinya lagi. Baiklah, aku tidak akan mencarinya lagi. Akan aku biarkan Tuhan mengirimkan seseorang yang membawa ketulusan padaku yang sudah lelah mencari. Just stay for sincerity comin’ up not searching it.

27 April 2013
00:17

Tuesday, April 23, 2013

Menjadi Beda Bukan Sama


Hal apa yang paling mengerikan menurutmu selain dibohongi? Menurutku, disama-samakan dengan seseorang lain adalah point nomor 2 dari deretan daftar hal-hal menyebalkan dalam hidup. Semua manusia memang tak ada yang suka jika dibohongi namun jika disama-samakan dengan seseorang lain apa semua manusia tidak menyukainya juga? Belum tentu, masih ada manusia di luar sana yang senang jika disamakan dengan orang lain, buatku itu hal payah dan tolol.
Apakah disama-samakan atau disbanding-bandingkan masuk ke dalam satu kategori? Menurutku, iya. Masuk dalam kategori hal yang paling ngehek. Entah sudah beberapa kali aku terjebak dalam hal bodoh itu. Aku terlalu mengiyakan dan akhirnya aku sendiri menelan pahit kekesalan.
“Coba deh kamu pake sepatu ini” atau “Kamu kayaknya kalau pake baju ini lebih lucu deh” dan “Kamu kok gak suka ini? Ini bagus loh”. Untuk siapapun di luar sana yang pernah merasa melontarkan beberapa kalimat tersebut kepada pasangannya, sadarkah kamu menerapkan penampilan mantan kekasihmu pada pasanganmu yang sekarang? Yang sudah tentu sangat tidak menyukai sepatu dengan merek X atau dengan penampilan dengan trend model fashion Y dan memakai barang-barang berstandar Z. Anggap saja hal tersebut seperti aljabar. Jika kamu sangat tidak menyukai matematika, ketika diberi persoalan seperti ini f(x)=  x + y + z = … Apa yang akan kamu lakukan? Apakah akan memaksakan memecahkan rumus-rumus aljabar tersebut dengan jika sudah mengetahui isi X, Y dan Z itu apa? Tentu aku akan melewatkannya. Melakukan sesuatu hal yang tidak disukai itu juga menyebalkan.
Tidak ada yang begitu istimewa dari orang seperti aku. Aku hanya tidak suka menyukai hal yang sama dengan seseorang lain dan orang banyak, tak begitu mengikuti trend fashion karena aku tidak suka, aku sadar diri dan tidak mau memaksakan diri dan aku suka sekali dengan hal yang berbau oldies, unique, vintage, woody, nature, and different. Jika seseorang lain dan ribuan orang menyukai Carly Rae Jepsen maka aku akan tetap menyukai Corinne Bailey Rae. Jika mereka dan yang lainnya menyukai vans maka aku akan tetap menyukai flat shoes hingga kapanpun. Jika mereka menyukai sexy mini skirt maka aku akan tetap menyukai rok motif batik dan jika perempuan-perempuan lain berlomba-lomba menjadi the number one fashion of the world maka aku akan tetap menjadi perempuan biasa saja yang tak ingin menjadi sama dengan perempuan-perempuan yang berlomba menjadi cantik, sexy, keren dan tentunya fashionable.
Bukan sekedar kalimat pamungkas atau kalimat jagoan dan kalimat andalan. Ketika kalimat “aku menerima kamu apa adanya” muncul dan dimunculkan juga dengan bukti oleh sahabat atau pasangan, untukku tiada hal lain yang membahagiakan selain mendapatkan hal tersebut. Iya, untukku. Menurutku.
Menjadi beda adalah satu hal yang menjadi menyenangkan dan menjadi sama adalah satu hal yang membosankan.

23 April 2013
23:46

Friday, April 19, 2013

Cinta dari Bumi untukmu di Surga


Menuju 11 tahun ia telah meninggalkan dunia. Meninggalkan aku, kedua saudara perempuanku juga ibuku. Bisa aku bayangkan bagaimana aku menjadi seorang yang bahagia luar biasa jika ia masih ada di sisi, menjagaku. Mungkin aku takkan terlihat buruk seperti sekarang ini.
Tuhan benar. Dahulu aku selalu kesal pada-Nya, mengapa harus ayahku yang berpulang, kenapa tidak ayah orang lain saja yang Engkau pulangkan? Kekesalan pernah memuncak. Klimaks. Pernahku menangis menjerit semalaman menangisi ketiadaan seorang ayah di sisi seorang anak perempuan yang tengah rapuh. Aku pernah berbicara sendiri, “aku mendingan nyusul papah aja kesana”. Malam itu benar putus asa juga putus harapan. Aku selalu merasa hidupku sedemikian rumit karena 1 hal, karena Tuhan mengambilnya.
Kesedihan memang wajar dirasakan bagi mereka yang ditinggalkan, apalagi tanpa kata perpisahan. Breakup always make painful. There never be sweet goodbye. Namun sebagai manusia yang sangat kecil mata-Nya, apakah kita bisa melawan kehendak-Nya? Apakah kita bisa memaki Tuhan agar mengembalikan apa yang memang milik-Nya? Jika memang kamu tetap seperti itu, niscayalah Tuhan akan membencimu. Aku tak mau dibenci Tuhan. Menerima kehidupan dengan ikhlas akan membuatku lebih hidup meski separuh hidupku sudah Ia ambil terlebih dahulu. Legowo.
Bolehkah aku membayangkan hari ini jika ayah masih ada, Tuhan? Izinkan aku membayangkan beberapa waktu saja. Aku tidak mau melawan takdir-Mu. Aku tak mau Engkau benci padaku. Baiklah, jika ayah masih ada disini, mungkin ia akan bahagia melihat anak-anak gadisnya tumbuh menjadi perempuan-perempuan dewasa. Wajah kakak perempuanku mirip sekali dengan ibu, wajah adik perempuan sangat mirip ayah dan wajahku tak mirip keduanya. Tidak apa, meski begitu aku tetap anak ayah. Anak ayah yang dulu senang sekali menyanyi dan sering kali ayah mengiringiku menyanyi dengan permainan gitarnya yang piawai. Anak ayah yang suka sekali menonton ayahnya ketika bermain sepakbola, sesekali menonton tenis. Anak ayah yang sering menangis jika ayah pulang kerja rumah masih dengan keadaan berantakan. Dan aku masih menjadi anak ayah yang teledor dan ceroboh hingga luka-luka banyak menandai tubuhku karena terjatuh, hingga kini.
Ayah pasti akan bangga jika melihatku sebentar lagi akan meraih gelar sarjana. Berdandan cantik dengan rambut panjang yang tak pernah ia bolehkan untuk dipotong pendek, memakai kebaya nan anggun juga toga sebagai tanda kelulusan sebagai mahasiswa sastra. Membayangkannya saja aku sudah hampir teriris lagi. Akan lebih terasa bahagia lagi jika aku membayangkan ayah ada ketika aku menikah. Tapi aku yakin, ayah pasti ‘hadir’ dan memelukku dengan bahagia ketika aku menikah nanti.
Hingga kapanpun, aku tetap menjadi anak ayah bukan anak dari ayah lainnya. Karena tiada ayah lain selain papah. I’ll always give much love from the earth to the heaven for you, lovely dad.

19 April 2013
22:12

Wednesday, April 17, 2013

Diam Terdiam


Apakah hanya ABG saja yang boleh galau? Tentu tidak, aku pun boleh. Entah sajak kapan aku tak pernah suka ‘diam’. Dalam artian menahan segala apapun yang aku pikirkan dan aku pendam. Aku tak pernah suka dengan diam. Diam bukan hanya itu pengecut tetapi juga pecundang bahkan keledai. Tidak berani mengungkapkan dan melakukan adalah hal bodoh, itu menurutku.
            Bisa dikatakan kelewat nekad tetapi untuk mulai sekarang tidak. Tidak semua yang kamu pikirkan harus dikatakan. Tidak semua yang kamu inginkan harus dilakukan. Mulai memilah secara jernih dengan menggunakan akal, tentu akal sehat. Tidak pula semua bisa aku kendalikan sesuka hati termasuk keadaan.
            Dengan sadar, waktu-waktu ini aku sering sekali diam. Terdiam. Duduk sendiri di sebuah ruangan dengan sedikit sinar redup dengan tangan melipat. Beberapa menit mungkin hampir hitungan jam, tak ada yang aku lakukan. Tak ada suara. Tak ada perbincangan. Hanya ada hembusan nafas yang seringkali tersendat. Sakit itu datang lagi.
            Memejamkan mata untuk seketika. Meski aku tahu, tak boleh sering memejamkan mata karena nanti Tuhan tahu kamu sedang lelah. Tapi tak apa, Tuhan memang sudah tahu aku memang lelah. Ada yang pernah berkata, “maka aku akan lebih baik diam daripada bicara, karena jika bicara aku akan membuat salah padamu”. Bagiku itu kalimat bodoh, aku hanya membalasnya dengan tertawa dingin. Namun kali ini, ada benarnya. Ternyata kalimat bodoh bertransformasi menjadi kalimat ajaib. Berbicara tak selamanya baik dan diam juga tak selamanya buruk. Silence not always bad. sometime silence be better than to say. Segala pahit yang tak bisa dikatakan, bisa aku telan sendiri.

17 April 2013
15:24

Monday, April 15, 2013

Temaram dalam Rindu


Ini sudah batang ketiga di tangan kiri. Cat kuku masih memerah. Pikiranku semakin terbuka dan semakin meluas. Beberapa gelas Sheridan’s yang bercampur dengan batuan dingin tak mampu membuatku melayang. Malam dingin sehabis hujan memang selalu mampu membuatku kembali tersenyum sendiri. Aku suka seperti ini. Sinar gelap temaram, dengan terang sedikit adalah suasana paling nyaman. Damai. Tiada beban hanya ada ketenangan. Dingin.
Aku merindunya. Namun malam ini tak sebiru malam kemarin saat aku bersamanya.

15 April 2012
21:44

Me Time


Suatu sore di ujung senja, cuaca mulai menunjukkan ketidakbersahabatannya lagi denganku tapi entah bagi orang-orang di luar sana yang menginginkan turunnya air langit. Seperti biasa, aku menikmati me time ke-ratusan kalinya dengan menyenangkan. Duduk sendiri di pojokan sebuah café atau di restoran cepat saji dengan menggunakan kaos hitam belel dan rok panjang batik bernuansa ungu hijau sambil menyantap segelas kopi, coklat, susu atau minuman lainnya. Tidak dalam rangka apapun, hanya bosan berada di rumah juga mencari suasana tenang untuk merampungkan laporan yang harus segera tutup buku.
Berada di lantai dua dan mata melihat keseluruh jalanan yang bising juga berdebu sendirian. Bagiku, me time selalu menyenangkan kapan pun dan dimana pun. Mungkin diri ini sedang tidak ingin berinteraksi dengan siapa pun. Apakah orang-orang di luar sana pernah ataukah sering melakukan hal yang sama denganku atau bahkan menganggap me time sebagai hal konyol bagi keledai? Tak perlu peduli dengan apapun yang orang lain katakan. Jalani hidup sendiri pun belum tentu akan terlihat benar dan baik, apalagi jika masih sering mengurusi kehidupan orang lain. Hanya buang-buang waktu. Waktuku akan lebih berharga untuk memahami kehidupanku sendiri daripada menanggapi omong kosong mereka yang merasa hebat padahal hanya angka nol besar.
            Me time bukan hanya duduk sendirian di sudut café atau sekedar melahap makan siang sendirian tetapi bagiku ada 1 hal yang bisa aku pikirkan untuk menemukan jawaban sebelum pertanyaan itu datang. Beberapa pertanyaan memang belum ada di hadapan tetapi aku sudah bisa memperkirakan jawaban-jawaban itu. Semacam mencuri finish sebelum menginjak start.

15 April 2013
16:32

Sunday, April 14, 2013

Pertanda Baik Untuk Ketulusan


Kedutan mata kiri artinya apa sih? Itu artinya kamu akan mendapatkan kesenangan hari ini. Semoga pertanda baik. Percaya atau tidak, kedutan tadi memang pertanda baik dan aku mengalaminya hari ini. Belum pula ada yang mengucapkan selamat hari ini, tanggal 13. Selamat tanggal 13 untukku dan dia. Untuk kita.
Semalam, obrolan-obrolan hangat terdengar semakin sayup. Suara ikan dalam kolam bernafaspun tidak terdengar. Aku duduk di balik pintu, dia pula. Saat itu, aku ingin melihat matanya lebih dalam lagi. Namun matanya entah tertuju kemana. Setiap rangkaian kata sederhana yang keluar dari mulut manisnya aku dengarkan. Terasa lembut. Aku tersenyum sipu sendiri.
Seketika, ada yang lain. Matanya meneduh, dia tertenduk dan memejamkan mata sebentar. Mungkin 3 detik. Entah apa yang ada dibalik matanya. Dia terlihat teramat sedih. Akupun sempat tertegun melihatnya. Seperti ada rasa sakit yang ia sembunyikan. Pilu. Aku mau, kehadiranku untuknya bisa menjadi jembatan menuju setitik, sejalan hingga jutaan jalan menuju satu ruang bernama bahagia.
Aku masih ingin mengetahui apa yang ada di balik matanya. Tak mau jika ia harus menelan pilu sendiri. Aku dengan dirinya seperti berjalan di atas jalan rapuh yang sama tanpa penunjuk arah, hanya ada beberapa rambu. Jika bersama dalam satu jalan yang rapuh, kemungkinannya akan saling memberi dan menerima tanpa pamrih. Jika memang benar adanya, itulah yang bernama ketulusan.

14 April 2013
01:19

Thursday, April 11, 2013

Kalut


Sembunyi hanya untuk seorang keledai. Aku bukan keledai, aku hanya menghilang sebentar. Rasanya hari ini aku tak mau berkomunikasi dengan siapapun dan bertemu siapapun. Ingin berdiam sendiri. Pikiranku kalut lagi.
Mungkin dirinya akan menganggapku aneh. Freak. Terserahlah, aku memang seperti ini. Selalu menghilang sekejap jika sedang penat. Ada satu ketenangan ketika aku sendirian dan berdialog sendiri. Apa kamu pernah melakukan hal yang sama denganku? Jika iya, aku senang, aku mempunyai teman yang sama anehnya denganku. Kita cocok.
        Terdapat banyak jawaban ketika aku berdialog sendiri dan sendirian. Akal sehatku bisa memberikan beberapa tanda apa yang harus aku lakukan ketika aku sudah terlanjur menelanjangi setiap masalah yang ada di hadapan, di samping bahkan di belakangku. Terbiasa berpikir memakai hati dan merasakan memakai otak itu tidak bagus. Dengan berdialog sendiri, keduanya akan seimbang. Aku merasakan itu dengan nyata.
            Sayangnya, tidak semua orang bisa dengan mudah menerima keanehan yang aku miliki. Mereka menganggap itu hal bodoh dan tolol. Wasting time. Menurutku, ini waktu yang berharga. Aku bisa mengoreksi setiap jawaban pada permasalahan hidup yang kamu hadapi. Tak lagi pernah aku dengar apa kata mereka. Aku nyaman.
Aku yakin, setiap anak manusia memiliki keanehannya sendiri, apapun itu dan jika ada seseorang yang menerima bahkan menyukai keanehanmu, maka cintailah dia.

11 April 2013
18:42

Wednesday, April 10, 2013

Mencari Isi yang Hilang


Asap-asap mulai mengepul lagi, tidak terbawa angin dan hanya berdiam pada kepalaku yang entah isinya bersembunyi atau bahkan hilang. Rambutku pun seperti biasa, kusam dan tak tersisir. Mata tertuju pada televisi. Telinga juga. Namun entah isi kepalaku berlari kemana. Berlari-lari di pikiran seorang yang absurd.
Tak lagi aku melanjutkan batang kedua. Paru-paruku membekap mulutku. Ia tak bisa nafas katanya. Baiklah, aku lanjutkan lagi mencari isi pikiranku yang pergi entah kemana. Mata terpejam sebentar. Serpihan pikiranku ada yang kembali, bayangan mengenai dua tahun kemarin. Bayangan seorang teman yang hilang. Bukan hilang karena meninggalkan dunia. Ia hanya terlalu sibuk dengan urusannya yang dangkal, urusan cinta. Kekasihnya cemburu berat padaku.
Pejaman mata kedua kalinya, terbayang masa-masa sekolah dulu. Dimana pikiranku masih bersih belum terkontaminasi, hati ku juga. Rasanya ingin juga kembali ke masa-masa itu. Tidak seperti sekarang, ibaratnya kini terlalu banyak minum kopi hitam dibandingkan ice chocolate. Setidaknya ice chocolate itu meski pahit tapi tetap enak diminum.
Untuk pejaman ketiga, yang aku temukan hari kemarin. Dimana aku bertemu bertemu dengan seseorang lain. Aku bisa membaca jelas apa yang ada di dalam pikirannya meski ia tidak berkata. Jelas dan nyata. Aku hanya bisa terbangun dari pejaman ketiga dengan senyum simpul seakan semua akan kembali baik-baik saja.

10 April 2013
21:55

Tuesday, April 9, 2013

Jatuh Pakai Hati

Seharusnya aku sudah bisa melihat, aku bisa mendengar dan aku bisa mengerti. Aku ternyata masih buta, tuli dan bodoh. Sejak awalpun harusnya aku bisa lebih pintar menghindari apa yang ada di depan mata, bukan meraba, merasakan atau bahkan menelanjangi masalah yang datang. Jika perlu, aku bisa saja memukuli kesal pada diriku sendiri.
Masih mudah jatuh terlalu dalam dan seharusnya aku bisa berlari agar tidak jatuh lagi atau mungkin jika perlu aku merangkak saja, yang penting aku tidak jatuh, jatuh pakai hati. Katanya, aku selalu begitu dan takkan berubah. Aku menyangkalnya dan dengan percaya diri aku menghadapi semuanya dengan hati yang keras dan otak yang lembek. Ternyata dia benar, aku akan seperti ini lagi. Dan selalu seperti ini entah hingga kapan. Jatuh lagi terlalu dalam. Jatuh pakai hati.
                Seseorang datang. Entah apa yang dia bawa. Jelas aku tak pernah menuntut materi, sedikitpun tidak pernah. Ketulusan yang aku perlukan. Ketulusan yang aku inginkan. Ketulusan yang aku butuhkan. Bukan materi, janji, seksualitas atau bahkan kesenangan belaka yang hanya berdasarkan ‘just for fun’. Aku bukan wahana permainan yang hanya bisa kau datangi untuk mencari tantangan dan kesenangan belaka. Aku manusia. Aku perempuan.
                Takut jika memang aku benar jatuh pakai hati pada seseorang itu. Benar-benar penuh ketakutan. Aku bisa melihatnya dengan mata telanjang jika seseorang itu belum membawa ketulusan. Jujur saja, entah sudah berapa belas kali aku jatuh hati, bukan jatuh pakai hati seperti ini.

9 April 2013
21:44

Friday, April 5, 2013

Bersama Engkau dan Semesta


Rasanya bosan menulis di atas tempat tidur atau di atas sofa empuk. Mungkin sesekali jari-jariku ingin menulis saat berada di pinggir pantai, puncak gunung, tepi danau atau mungkin di atas lautan. Rasanya seperti apa? Belum bisa aku bayangkan, Tuhan. Menulis di antara semesta indah-Mu.
Menulis tentang apapun, tentang yang dangkal seperti cinta atau yang berat seperti angan-anganpun akan terasa lebih bernyawa jika aku aku menulisnya ketika aku berada di atas puncak Himalaya atau sedang menikmati aurora di kutub selatan.
Biarkan aku memberi jarak yang dekat dengan semeseta-Mu agar aku bisa menikmati apa yang telah Engkau ciptakan untuk anak manusia seperti aku.

5 April 2013
23:19

Tuesday, April 2, 2013

Bertemu Dunia


Hari nanti, jika aku bisa terlepas dari beban untuk meraih satu gelar, aku ingin sekali kembali kesana, Jawa Tengah dan Jogjakarta. Entah, aku begitu menginginkan bisa datang kembali kesana bukan bersama segerombolan teman atau bersama seseorang, aku ingin sendiri.
Mungkin butuh beberapa hari untuk mencari duniaku yang baru, ya baru. Aku ingin menaiki kereta malam sendiri. Menikmati perjalanan sendiri. Mencari ketenangan sendiri. Meninggalkan semuanya untuk sendiri. Bukan karena aku seorang egois yang tak pernah membutuhkan seseorang lain, tetapi satu waktu aku perlu menikmati sisa-sisa hidupku yang entah kapan akan berakhir itu sendiri. Saat mati pun akan sendiri.  
Banyak kota-kota yang ingin aku singgahi, sudah aku bayangkan bagaimana betapa sulitnya berpergian sendiri, bagaimana menghadapi rasa takut sendiri dan bagaimana mengatasi rasa sakit sendiri. Jujur saja, fisikku lemah mentalku kuat. Memang berlebihan, hatiku tak boleh sakit karena fisikku yang akan menanggung bebannya. Mentalku? Jangan bertanya lagi, aku sudah tahan mental sejak taman kanak-kanak, di saat semua anak diantar ayah bunda mereka saat acara piknik, aku tidak. Aku sendiri. Tidak pernah takut akan bahaya apapun, entah diculik orang asing atau terserempet saat menyebrang, aku tak pernah takut. Payahnya, aku hanya takut pada makhluk halus. Itu saja.
Semua yang aku raih selama hidup di duniaku yang dulu, tidak akan aku tinggalkan. Aku hanya akan memindahkannya ke suatu tempat, bersama hidupku yang baru. Jika setelah aku mengitari Jawa Tengah dan Jogjakarta, mungkin aku akan menetap di salah satu daerah di kota tersebut. Aku tidak ingin hidup dengan kekayaan berlimpah hingga duniaku mencapai langit, aku hanya ingin mencari duniaku yang baru dengan kebahagiaan yang baru.
Apakah kamu pernah merasa bosan hidup di dunia? Solusinya tentu bukan mati. Mati dengan mencabut nyawa diri sendiri itu hanya berlaku untuk seorang pecundang. Aku memang merasa bosan hidup di duniaku yang lama ini, dunia yang menjemukan. Duniaku yang baru sudah memanggilku. Duniaku yang sesungguhnya tengah menungguku dalam penantian panjang. Tunggulah, sebentar lagi aku datang untukmu, sendiri.

2 April 2013
22:33