Dialog Pendek Lembaran Memori
"Tulisan ini
untuk ikut kompetisi @_PlotPoint: buku Catatan si Anak Magang Film "Cinta
Dalam Kardus" yang tayang di bioskop mulai 13 Juni 2013."
Foto,
aku menyebutnya sebagai lembaran memori. Sebuah rekaman nyata sebuah memori
yang tertuang dalam selembar kertas. Memorable.
Abadi jika selalu tersimpan dengan baik dan terjaga. Kardus merah menjadi rumah bagi lembaran
memori-memori itu. Mereka bertempuk tak beraturan sedikit berdebu.
Jika
lembaran memori tersebut bisa hidup dan berbicara, mungkin mereka akan saling
berebut tempat. Berlomba-lomba agar bisa tersimpan di tumpukan paling atas
karena lembaran memori tersebut bukan hanya mengenai 2 atau 3 mantan kekasih
tetapi hampir menyaingi jumlah usiaku, hampir 23. Iya, kotak kardus itu berisi foto
mantan-mantan kekasihku. Tak usah kaget, itu hanya soal kuantitas namun tentang
kualitas, aku belum menemukannya. Mereka
saling bersaing. Bersaing agar menjadi lembaran memori pertama yang akan aku
ingat.
“Sebentar
lagi, aku akan menjadi lembaran memori pertama yang ia lihat. Aku akan menjadi kenangan
yang pertama diingatnya” Lembar foto bersama T berkata.
“Jangan
sombong kau, tersimpan di tumpukan pertama belum tentu menjadi yang lekat
diingatan. Akulah yang pasti akan selalu ia ingat, karena akulah memori
terakhirnya. Baru saja putus 4 bulan yang lalu” Lembar foto studio bersama P
menjawab.
“Hahaha
kalian pasti akan kalah denganku, aku berumur 3 tahun sedangkan kalian hanya
hidup seumur jagung, tentu saja aku yang akan selalu lekat diingatannya” Lembar
foto photobox bergambar 8 pose
bersama F berkata dengan sombong.
“Kalian
berlomba-lomba agar bisa diingat kembali oleh pemilik kita? Jangan harap”
Lembar foto bersama A nampak putus asa.
“Betul.
ia sudah memiliki pasangan baru tentu saja kita semua dilupakan tetapi
kemungkinan terbaiknya, lembar memori dari pasangannya yang baru akan bergabung
bersama kita dan ia akan membuka kardus ini lalu memilih salah satu di antara
kita dan menjadi hall of fame di
kamarnya lagi, ditempatkan eksklusif di sebuah figura foto. Itulah hal yang
paling membahagiakan” Sambung lembar foto bersama R.
“Tak
usah berharap banyak. Menjadi sebuah lembar memori yang akan diingat oleh
seseorang itu jasanya luar biasa. Selain otak, benda apalagi yang bisa
menyimpan memori selain kita? Mungkin buku diary. Tetapi semestinya kita harus
tulus menyimpan kenangan meskipun
kenangan yang kita simpan tak ingin diingat lagi oleh siapapun bahkan
pemilik kita sekalipun” Lembar foto bersama M menjawab dengan tenang dan bijak.
Telah
lama aku tak membuka kardus tersebut. Baiklah, aku buka saja. Lembaran memori
tertumpuk rapi, namun tersusun secara acak. Aku melihatnya satu persatu. Foto
bersama F memang paling banyak tetapi aku malas mengingatnya, lalu bersama P
dan T juga banyak. Ah, mereka telah menyakitiku, aku semakin malas dan masih
banyak lemabaran memori bersama lelaki lainnya, aku hanya tersenyum simpul. Aku
kembali menaruh kardus merah berisi lembaran memori tersebut di tumpukan kardus
sepatu.
Lembar
memori bersama mantan kekasih bagiku cukup untuk dikenang, karena terkadang
membuka luka lama. Menyimpan lembaran memori bukan berarti masih mencintai
orang-orang di dalamnya melainkan sebagai pelajaran hidup yang tersimpan nyata.