Tuesday, December 31, 2013

Persoalan Dangkal Dua Manusia

Ketika dua manusia bertemu dan ingin mengulang kembali hari yang sama saat bertemu, bukan berarti kamu membuatnya rindu. Mungkin ia hanya penasaran dengan pertemuan kedua, ketiga, dan pertemuan lainnya.
Ketika dua manusia saling merindukan, bukan berarti ia ingin berbagi hati denganmu. Mungkin ia hanya merindukan yang dinamakan pertemuan lawan jenis.
Ketika dua manusia merasa saling membutuhkan, bukan berarti ia mulai tergantung padamu. Mungkin hanya kecanduan. 
Dan ketika dua manusia merasa saling menyatakan sesuatu tentang rasa, bukan berarti dia menaruh cinta. Mungkin saja hanya sebatas rasa. Iya, sebatas rasa tanpa cinta.

30 Desember 2013
23:48

Thursday, November 21, 2013

Penggemar Rahasia Barata


Sekilas matanya saja yang Risa lihat hari ini. Tidak ada tatapan balik apalagi sapaan dan semua terjadi berulang seperti pada setiap harinya. Jangan harapkan apalagi memikirkan soal sentuhan. Risa menjadi seorang penggemar rahasia seorang lelaki. Bukan hanya penggemar rahasia tetapi ia penggemar berat yang sangat merahasiakan kegemarannya menggemari lelaki bernama Barata.
Jangan salah kaprah berbicara soal penggemar berat. Barata bukan seorang aktor, penyanyi, atau pemain band, Barata hanya lelaki kantoran biasa. Wajahnya pun tidak begitu rupawan bak pemain biola Iskandar Widjaja, kebaikannya pun tidak seperti seorang ustad atau pastor, kekayaannya masih kalah jauh dengan kekayaan keluarga cendana, dan dia bukan lelaki yang suka melucu seperti Tukul Arwana. Barata hanya lelaki biasa tetapi Risa begitu menyukai lelaki berdarah Sunda-Batak tersebut.
Mata Barata tak pernah lari dari monitor komputernya, hanya terfokus pada satu objek sedangkan mata Risa berkeliaran mencari celah di antara pekerjaannya untuk sekedar melihat dan berharap Barata membalas tatapannya. Meskipun hanya 1 kali dan 1 detik saja pun tak apa.
Semua mulut di gedung lantai 17 terkadang membicarakan soal Barata. “Barata itu gak pernah ngomong ya?” “Barata itu bisu” “Minta dia bicara aja pelit banget, apalagi minta dibayarin” “Barata itu gay” “lelaki itu bukan gay tapi anti-sosial” dan masih banyak lagi kalimat-kalimat cibiran yang Risa dengar setiap harinya. Risa tak menanggapinya dengan serius. Bagaimana pun Barata, Risa tetap suka Barata.
Risa memerhatikan setiap pola tingkah laku yang dilakukan Barata. Ia melihat lelaki itu setiap 1 jam sekali meninggalkan meja kerjanya dan berlalu meninggalkan ruangan. Risa tak pernah tahu kemana perginya lelaki itu. Risa hanya berpikir mungkin Barata ke toilet atau ke pantry untuk sekedar buang air atau membuat kopi. Tetapi Risa dihantui rasa penasaran, ia menguntit Barata yang meninggalkan ruangan. Dengan perlahan tanpa suara ia menginjak anak tangga pintu darurat. “Hah? Pintu darurat? Ini si Barata mau ngapain sih?” Risa mengumpat dalam hati.
Barata membuka pintu darurat lantai 18, Risa berada di bawah beberapa anak tangga yang Barata pijak. Risa mengernyitkan dahi karena silaunya pancaran matahari pukul 11 siang. Risa berusaha bersembunyi agar tidak terlihat oleh lelaki pendiam itu. Barata tidak menutup pintu dan ia berlalu menuju ujung atap gedung yang lapang. Perempuan penguntit itu mengintip Barata, ia ingin mengetahui apa yang dilakukan lelaki yang membuatnya tergila-gila.
Tak ada yang berarti. Barata hanya membakar gulungan tembakaunya saja. Satu jam cukup satu batang. Jadi jika dikalkulasikan 9 jam bekerja ia menghabiskan 9 batang rokok. Bukan 9 tetapi 10, sepulang kerja Barata kembali naik ke atap gedung. Risa merasa pendapatkan reward. Ia merasa diberi hadiah poin undian telah mengetahui kebiasaan yang dilakukan Barata. Tidak satu jam sekali. Mungkin 3 jam sekali Risa kembali menguntit Barata dan berdecak kagum dengan pipi memerah melihat punggung Barata setiap hari. Entah apa yang dikagumi Risa dari seorang perokok berat. Pokoknya Risa mengagumi apa pun yang dilakukan Barata.
Rasa Risa pada Barata setiap harinya semakin melambung jauh. Risa bukan hanya seorang penggemar berat Barata tetapi Risa mulai mencintai Barata. Mencintainya diam-diam. Sebelum tidur, Risa tak pernah lupa berdoa dan pillow talk dengan Tuhan. Ia menceritakannya dalam hati di setiap menit sebelum tidur.
Tuhan, mata kan diciptakan untuk melihat. Mengapa ia tak pernah melihatku? Apakah ia mengetahui keberadaanku? Tolonglah Tuhan alihkan matanya padaku sekali saja. Aku ingin ia tahu bahwa aku menggemari tatapan matanya yang telah Engkau ciptakan.
Tuhan, tubuh berbau tembakaunya mulai aku cium hari ini, tadi dia melintas di hadapanku tapi ia sama sekali tak menatap mataku, matanya tertuju pada secangkir kopi hitam yang sudah dibuatnya. Wangi tubuh yang bercampur dengan bau tembakau itu terasa melekat di hidungku. Jangan campuri hidungku dengan bau yang lain.
Tuhan, aku ingin menemaninya menghambiskan bakaran tembakau. Bukan saja menemani. Tetapi aku ingin bersama-sama membakar dan menghabiskan tembakau di sore hari. Biarkan tubuhku ikut pula menjadi bau tembakau seperti tubuhnya.
Tuhan, apakah ia benar bisu? Mengapa ia jarang sekali bicara? Aku hanya mendengar sedikit kata dari mulutnya. Bisakah membuat mulutnya mengeluarkan beberapa kata untukku. Berkata apa saja. Jika bisa, berkata sesuatu yang manis dan menggelitik.
Satu lagi Tuhan, Boleh kah? Begini, apakah dia menginginkan seorang teman bicara? Jika ingin, aku bersedia menjadi teman bicaranya. Lalu, apakah dia ingin mempunyai seorang teman yang selalu bersedia menyediakan pundaknya untuk bersandar? Jika ingin, aku akan dengan senang hati memberikan pundakku untuk sandarannya di kala lelah. Kemudian, apakah dia ingin mempunyai seorang teman untuk menemaninya hidup. Jika ingin, tentu saja aku sangat ingin menjadi teman hidupnya. Cukup Tuhan, itu saja yang ingin aku ceritakan malam ini.
Mata Risa masih saja berkeliaran berusaha untuk menangkap tatapan balik barata tapi usahanya tak pernah berhasil. Pukul 5 sore, Barata kembali keluar ruangan. Risa baru menguntitnya 2 kali hari ini. Barata hari ini menggunakan kemeja berwarna navy, secara kebetulan Risa menggunakan blazer berwarna senada dengan Barata.
Risa mengitipnya sedikit dam tersenyum simpul karena Barata mengenakan warna baju yang sama dengannya. Tanpa bisa ditebak, Barata menoleh ke belakang dan menangkap mata Risa yang sedang menatap seluruh tubuh Barata. Risa terkaget karena Barat datang menghampirinya. Perempuan berambut panjang itu gugup bukan main dan mematung tak bisa bicara ketika Barata menatap matanya dan berkata “Naiklah!” sambil mengulurkan tangannya pada Risa.
Jangan salahkan sunset di langit Jakarta yang terhalangi tingginya gedung, ia memang tak seindah sunset di laut lepas tetapi bagi Risa Sunset sore itu mengalahkan sunset di seluruh penjuru dunia.
“Mau menemaniku merokok?” Barata menawarkan beberapa batang rokok mild merek ternama pada Risa.
“Kenapa menawariku rokok? Lancang kamu!” Risa mengambil satu batang rokok sambil tersenyum genit.
“Warna bibirmu tak bisa berbohong, Risa! Bibirmu terlampau menghitam tapi lipstik merahmu cukup membantu” Risa terkaget mengdengar ucapannya dan membiarkan jari Barata menyalakan pemetik api untuk tembakau yang berada di tepi bibir Risa.
“Dan wangi parfum mahalku terkalahkan oleh wangi tembakau murah” mereka berdua tertawa renyah.
“Jangan menguntitku seperti itu lagi, jika kamu ingin menemaniku merokok, naiklah! Atau mungkin kamu butuh teman bicara, bicaralah Risa!” Barata menatap mata Risa begitu dalam. Risa terpaku. Risa terpukau.
“Barata, jika kamu ingin bersandar karena lelah. Pundakku akan menerimamu dengan senang hati”
Barata bukan hanya sekedar bersandar tetapi ia menatap mata Risa, mata Barata mulai berair dan tubuh besar Barata jatuh memeluk tubuh kecil Risa.
“Risa…aku lelah. Aku letih. Aku ingin berhenti menjadi seorang bisu yang sulit bicara. Aku ingin bicara, aku ingin berteman, aku ingin menjadi manusia seperti kamu yang mempunyai banyak teman, bisa berbicara dengan semua orang, bisa berbicara apa saja dengan temanmu-temanmu. Aku ingin ……………..” Barata benar-benar menceritakan seluruh keluh kesahnya pada Risa dan Risa hanya diam. Diam membatu tak tahu harus berkata apa. Ia hanya bisa membalaskan pelukan tubuh besar Barata.
Tangisan Barata berakhir ketika tembakau yang mereka bakar telah habis menjadi abu. Pelukan itu berakhir ketika matahari bergantian tempat dengan bulan.
“Risa, terimakasih untuk semua doamu setiap malam pada Tuhan. Tuhan tidak mungkin jika tidak mendengar doamu, Ia hanya menyimpannya dan mengabulkannya di waktu yang tepat. Risa, separuh doamu sudah terwujud. Jika ada sisa doamu yang belum terwujud. Mungkin bisa terwujud esok, lusa, minggu depan, bulan depan atau kapanpun. Percayalah, Tuhan tidak pernah tidur”

Rabu, 13 November 2013
23:13

Saturday, November 9, 2013

Dongeng Si Perempuan Pemaki dan Laki-Laki yang Berbohong

Semalam matahari datang kemudian pergi lagi dan kembali mengguyur kepalaku dengan teriakan petir dan hujan badai. Entah kapan matahari akan tinggal dan bertahan. Jika harus aku mengungkapkan bagaimana seseorang bisa tetap tinggal atau pergi dari masa lalunya, maka aku akan bicara.
 Seorang perempuan memaki-maki dan melontarkan emosinya padaku karena merasa bahwa kekasihnya kembali dekat denganku yang merupakan mantan kekasih dari lelaki tersebut. Aku menanggapi laki-laki tersebut hanya sebagai candaan di sosial media karena aku tahu bahwa ia mengaku telah putus dan tidak berhubungan lagi dengan wanita tersebut. Namun perempuan itu mengaku masih berhubungan dan berstatus sebagai pacar laki-laki tersebut.
Aku hanya kebingungan, sebetulnya siapa disini yang berbohong? Seorang perempuan yang memaki atau lelaki yang mengaku tak ada hubungan lagi dengan si perempuan pemaki? Ini hanya persoalan harga diri. Semua orang yang tidak tahu akan menilai aku seperti perempuan tidak tahu diri, namun jika mengetahui apa yang sebenarnya terjadi apakah mereka masih akan mengatakan aku masih tidak tahu diri dan terjebak masa lalu? Mungkin si perempuan pemaki itu tidak menerima jika kekasih yang telah putus denganya ternyata masih peduli dengan mantan kekasihnya atau laki-laki itu berbohong padaku jika ia telah putus dengan kekasihnya dan kembali mengumbar rayu yang telah dihalangi oleh perisai.  
Terjebak masa lalu hanya hal dangkal yang membuat hidupmu kembali mundur di belakang. Aku perempuan yang tak pernah ingin terjebak atau dijebak oleh masa lalu.
Untuk perempuan pemaki, harga diriku tidak bisa kamu injak seenaknya. Aku tak ingin mengurusi urusan dangkalmu dan laki-laki yang sudah tidak mengakuimu sebagai kekasihnya lagi. Jika memang kamu masih ingin laki-lakimu mencintaimu, kendalikan emosimu dan jangan memperlakukan laki-lakimu seakan bisa berada dibawah ketiakmu. Perilaku baikmu sebagai perempuan ada dimana, Nona?
Untuk laki-laki yang tidak mengakui hubungan dengan kekasihnya, jika memang dirimu berbohong, lidahmu tak lebih tajam mata pisau. Lidahmu membuatku harga diriku di injak oleh perempuan pemakimu, Tuan!
Apa aku harus membongkar soal kebohongan setiap orang yang aku ketahui? Tidak, aku memang tidak memaafkan bagi mereka yang berbohong dan membohongiku. Aku hanya berlaku sopan.

Sabtu, 9 November 2013

15:36

Thursday, November 7, 2013

Pesan Sebuah Sendok untuk Sepasang Mata

Getaran. Satu getaran muncul tiba-tiba tanpa diduga. Getaran lain. Getaran aneh yang sudah lama tidak pernah aku rasa. Aku sesekali menemui matanya dengan jarak yang tak begitu jauh, tak begitu dekat. Kami berhadapan hampir setiap hari tetapi aku hanya menemui matanya karena mata kita tidak saling bertemu.
                Beberapa pesan sudah aku titipkan pada sebuah sendok. Entah sudah beberapa pesan yang aku kirimkan padanya dan entah ia menyadarinya atau tidak. Ini bukan hanya sebuah pesan biasa. Ini pesan getaran. Sejak awal menemui matanya, aku begitu ingin saling berkata dengannya tetapi mulut terkunci dan membeku.
                Pernah sekali mata kita saling bertemu, itu pun sesuatu yang tidak disengaja. Sebuah pintu yang aku buka untuknya, ini hal biasa tapi sepasang mata kita bertemu hanya beberapa detik saja dan kami saling menatap, saling terdiam, dan saling berlalu.
                Jika aku ingin menemui matanya lagi, apakah harus aku menunggunya di balik pintu? Mulutku tak kuasa untuk berkata. Hanya sebuah sendok yang bicara.
Kamis, 7 November 2013

22:12

Saturday, October 26, 2013

Catatan Kecil untuk Kamu dan Wanita di Masa Lalumu

Jangan terlalu berusaha kerasa untuk bisa bahagia karena semesta akan datang untuk mempertemukan kita dengan bahagia. Aku terlalu mengupayakan diri agar terlihat bahagia di semua pasang mata. Menebar senyum dan menutup lubang di hati akibat terkikisnya sebuah ketulusan. Jawaban dari sebuah ketulusan itu nyatanya tidak pernah ada, itu hanya kebahagiaan semu. 
Kamu dan ingatan tentang wanita di masa lalumu telah membiarkan kita berjarak. Kamu dan ingatan tentang wanita di masa lalumu telah mematikan sebuah ketulusan. Kamu dan ingatan tentang wanita di masa lalumu telah membunuh satu kepercayaan tetapi kamu dan ingatan tentang wanita di masa lalumu telah menjawab semua doaku pada Tuhan bahwa kamu bukan lelaki pantas yang menungguku di masa depan.
Berpisah denganmu bukanlah hal yang buruk bagiku karena bertemu, mengenal, hingga menjadi bagian kecil dari hidupmu adalah hal yang lebih buruk, seharusnya tidak pernah terjadi, dan aku menyesali itu.

Sabtu, 26 Oktober 2013

12:24

Monday, October 21, 2013

Lapidary: Ketika Hati Tersesat

Hanyalah percuma jika dirimu berada di sampingku tapi hatimu tak disini. Mencari dimana adanya sebuah jalan. Bukan jalan yang benar atau jalan yang salah melainkan jalan menuju sebuah tujuan. Sekat apalagi yang kau ingini? kau membangunnya dan membiarkannya berdiri menjadi sebuah labirin panjang.
Jika aku hanyalah sebuah percuma bagimu, bagaimana aku bisa menjadi sebuah tujuan? aku tersesat....lagi.

Senin, 21 Oktober 2013
22:12

Monday, October 7, 2013

Bukan Cerita Seorang Pecundang

Mengintip awan dari celah jendela. Sedikit ia intip, ia bukan seorang yang empunya nyali besar melihat luasnya atap semesta. Biar orang berkata apa, ia tak pernah peduli, seorang pecundang yang tak siap melihat nyatanya kenyataan. Dirinya tahu langit Tuhan begitu terhampar luas. Umpama debu yang mudah dihempas, ia merasa terhempas. Aku ingin memapahnya menjalani jalan berkelok, bukan jalan yang lurus, jalan lurus hanya untuk pecundang yang membosankan. Membawanya pada dunia fana dan mengantarkan dirinya pulang pada riuh sorak bahagia. Abaikan saja gunjingan dan tawaan mereka yang tak miliki impian, keinginan mereka hanya menjadi hartawan saja yang ketika mati pun harta tidak akan menjadikannya sebagai ahli surga. Hidup di dunia bukan hanya soal rupiah. Rupiah hanya genggaman pasir yang bisa didapatkan dan mudah terlepas. Apa artinya hidup bila mimpi masih berada dalam lelapnya tidur?
Nobody can’t stop her dream. No one can’t stop my dream.

Rabu, 2 Oktober 2013

22:25

Monday, September 30, 2013

Inner Rage (Kemarahan Batin)

“Kadang sering nrimo dan legowo dalam hidup itu kurang bagus juga karena kadang kita perlu energi marah supaya semangat mengubah nasib”- Ika Natassa

Kalimat tersebut membuatku membuka mata. Ternyata selama ini terlalu pasrah dan menerima keadaan itu bukanlah hal yang yang baik. Aku selalu menginginkan semua hal baik-baik saja. Ketakutanku terlalu berlebihan, aku takut semua hal berubah, aku takut hal buruk akan menimpaku dan aku takut jika kemarahanku akan menyakiti hati orang lain. Tak pernah siap untuk menerima perubahan yang buruk.
Apakah mungkin nasibku seperti ini karena terlalu nrimo dan legowo? Energi untuk marah rasanya sudah berkurang. Kekuatan untuk memecahkan emosi sudah berlalu. Aku hanya tak mau hanya karena ingin melapiaskan ego dan amarah semua hal bisa berubah. But, honestly, I wanna angry, shout and cry but I’m too scared.
Namun hal yang mendasari sebuah perubahan adalah dari dorongan hati kita sendiri. Ya, aku memang ingin suatu perubahan tapi perubahan yang baik tapi apakah dengan menyimpan amarah dalam batin bisa mengubah nasib?
A little dose of rage bisa membuatmu sedikit lega. Menyimpan sedikit amarah dalam batin dan memotivasi diri sendiri dengan cara membuktikan bahwa diri kita tidak pantas dilecehkan atau rendahkan. Tunjukkan tanpa dendam bahwa diri kita seorang yang ‘bisa’ dan tidak mudah dimanfaatkan. Memang hidup kita harus bermanfaat bagi orang lain tapi jangan mau dimanfaatkan. Bulatkan tekad, simpan amarah dalam batin untuk menunjukkan bahwa diri kita adalah seseorang yang istimewa dan berbeda.

Senin, 30 September 2013

18:20

Monday, September 2, 2013

Thanks God, I’m 23 and Be Bachelor

1 tahun, 12 bulan, 365 hari berlalu bagai angin yang berlari. Setahun kemarin promblema hidupku berbeda dengan tahun ini, semakin berwarna meski ada yang tetap sama. Beban hidupku bertambah meski masalah berkurang. Hidup seimbang itu tidak mudah tetapi juga tidak sulit.
1 tahun yang lalu, usiaku masih 22 tahun, the twins number. Setahun melangkah ke depan memang terasa begitu cepat, bagai angin yang menyambar api dan membakar hebat apapun yang ada di sekitarnya. Perjuangan hebat menuju angka 23.
1 tahun berlalu bersama skripsi membawaku menjadi seorang sarjana. Ya, seorang sarjana sastra. Pahit manis asam berkuliah memperjuangkan sebuah gelar tidak ada yang mudah, semua hal baik atau buruk pernah mencapai titik jenuh, titik jatuh, titik klimaks yang berjalan beriringan mencapai satu hal tujuan yang dinamakan titik klimaks. Suatu berkah di angka 23 bertepatan dengan keberhasilanku sebagai seorang mahasiswa yaitu lulus tepat waktu dan tepat pada waktunya.
1 tahun kemarin, Tuhan memberikan kesakitan luar biasa. Hati tak kuat menahan apapun masalah yang dihadapi, tetapi tahun ini saatnya menemui sebuah auflarung. Sebuah pencerahan untuk membuka gerbang kehidupan sebenarnya, menjalani dan belajar menjadi dewasa. Terimakasih Tuhan. Semoga senyuman-Mu tak akan berhenti menyimpul padaku.
Pada angka 23 tahun ini, aku mendapat 3 kejutan, 3 kue tart, dan 3 hadiah. Ini adalah bukti bahwa Tuhan masih ingin tersenyum padaku. Seorang sahabatku, Ica yang sudah kuanggap seperti adik kecilku meski tubuhnya lebas besar dariku, ia mendatangi rumahku tepat pukul 2 malam saat mata terpejam lelap dan membawakanku blackforest. Bahagianya hidupku. Akupun tertidur kembali dan mendapati kekasihku, Fajar, mengetuk pintu pukul 9 pagi dan membawakanku pula blackforest dan sebuah kado berbalutkan kertas berwarna peach bergaris merah yang berisi sebuah tas Flashy yang berukuran besar. Lengkaplah kebahagiaanku. Dua hari berlalu, kedua sahabatku yang sudah seperti 2 saudari kandungku, Vina dan Ita mereka mendatangi rumahku pukul 10 malam bersama kedua sahabatku sejak SMA Ebi dan Doni. Tiramisu dikelilingi cahaya lilin warna-warni menerangi gelapnya malam saat itu, tak lupa mereka membawakan 2 hadiah untukku, sepasang wedges cantik berwarna coklat bermotif ethnic dan tas Zara berwarna baby pink. Kebahagiaanku sempurna.

Rangkaian doa yang bertaburan mungkin hanya sebuah basa-basi dan sekedar pelengkap ucapan namun bagiku tidak, aku benar-benar meng-amien-kan semua doa. Dari mulai doa selalu sehat hingga doa agar bisa bertemu di puncak kesuksesan karier dan tentu saja doa cepat menikah tak mungkin lupa diucap. Tuhan, kabulkanlah setiap doa mereka, doa ibuku, kedua saudariku, doa sahabat-sahabatku, dan semua doa yang terucap dari setiap mulut umat-Mu. Sekali lagi Tuhan, terimakasih Engkau masih ingin mengembangkan senyum-Mu padaku.








 Senin, 2 September 2013
 00:15

Saturday, August 24, 2013

How About Sincerity and Foolishness, Guys?

Selasa siang itu, aku berbincang persoalan hati dengan seorang kawan. Ia mengalami permasalahan hati yang cukup rumit, ia selalu menjadi seorang ‘sephia’. Jika kamu generasi 90an sejati pasti tahu lagu yang berjudul ‘sephia’ yang dipopulerkan oleh Sheila On 7. Lagu tersebut menceritakan tentang seseorang yang menjadi orang ketiga dalam suatu hubungan, menjadi kekasih kedua tentunya.
Aku sedih melihatnya selalu menjadi yang kedua. Tak pernah ia menjadi yang pertama. Sungguh menyedihkan tetapi ia terus bertahan meski ia telah dibohongi oleh kekasihnya bahkan tetap menyayanginya meskipun ia tahu telah menjadi yang kedua. Apakah itu pertanda sebuah ketulusan atau kegoblokan?
Hatinya pasti teriris perih tetapi mungkin tak sebegitu perih karena sudah berkali-kali merasakan menjadi orang ketiga dalam suatu hubungan. Rasa cinta yang begitu besar ternyata bisa mematikan logika, semuanya terjadi di luar nalar manusia normal. Menanggapinya aku hanya bisa berkata padanya ‘kamu goblok!’ memang terdengar sangat jahat tetapi itu memang adanya. Hal yang sama menyedihkannya ketika seorang kawan tersebut menanggapi cerita hatiku dan ia pun berkata ‘kamu tolol!’. Dua sahabat yang bernasib buruk, seorang goblok dan seorang tolol. Complitely. Aku jadi sulit membedakan yang mana ketulusan dan yang mana ketololan. Tolol dan goblok sama saja.
Ketika kita menyayangi seseorang dengan berdalih tulus sehingga mengalahkan ego diri sendiri untuk membahagiakan orang lain, demi melihatnya tersenyum setiap hari, dan menyelamatkan hubungan agar tiada pertengkaran itu apakah bisa dikatakan sebuah ketulusan? Semakin lama ketulusan semakin terasa ganjil dan terdengar gamang di telinga. How about sincerity, guys? Jadi tulus itu apa? Bagaimana?
Karakterku yang tak mau ambil pusing ketika ada masalah dengan cara mengalah. Siapapun yang salah, baik aku, kamu, dia, mereka ataupun orang lain lebih baik aku mengalah, meminta maaf, dan mengakui kesalahan agar suasana kembali menjadi kembali baik seperti semula. Apa enaknya berada dalam suasana panas akan amarah dan ego satu sama lain? Itu keadaan yang sangat aku benci. Apakah hal itu bisa dikatakan juga sebuah ketulusan? Atau kegoblokan?
Ketika tahu bahwa dirinya dicurangi atau dibohongi tetapi hanya diam saja dan tidak bergerak hanya untuk menghindari sebuah perpisahan, apakah benar jika merasa tulus menyayangi seseorang harus tetap bertahan dengan keadaan seperti itu? Entah, semakin tidak bisa menjawab mengenai definisi sebuah ketulusan.
Dendam, bagiku hal yang sangat buruk. Ketika hatiku mulai mati rasa terhadapa orang yang terlampau sakit menyakiti, aku lebih baik tak perlu mengenalnya lagi seumur hidupku hingga kapanpun. Dendam memang tidak disukai Tuhan, begitu pun aku tetapi bagaimana lagi jika hati terlampau sakit mau diapakan lagi?
Lupakan soal dendam jika tiada yang menyakiti. Lakukan saja yang terbaik, jika memang ada rasa sayang yang mendalam. Mungkin nanti aku dan seorang kawan tersebut bisa menemukan perbedaan tulus dan goblok. Baik atau buruknya hal yang kita lakukan memang manusia yang pintar menilai namun Tuhan yang akan membalasnya. Do your best and you’ll get the best.

Sabtu, 24 Agustus 2013

00:34

Monday, August 19, 2013

No Expectations, No Disappointments

Hanya bisa tersenyum kecil simpul. Bukan senyum yang membahagiakan bukan pula senyum yang biasanya terpasang di bibir. Like a fake smile, no matter. Sometimes as people, I must hiding a disappointment. Reality so suck and be hurt. Ouch!
Jangan berpikir hidupku sesedih itu. Hidupku segalau itu. Aku hanya mengekspresikan kekecewaanku seperti ini. Bolehkah aku kecewa? Aku pun manusia. Bisa kecewa kapan saja. Bisa kecewa karena hal apa saja. Bisa kecewa karena siapa saja. Bahkan kecewa karena hal yang tidak kita ketahui.
Jangan menggantungkan harapanmu pada manusia, begitulah yuang pernah dikatakan oleh seseorang. Sepotong kalimat itu ketika dipahami, ternyata benar. Harapan bukan untuk digantung tetapi harus diraih dan diwujudkan karena harapan pun butuh kepastian.
No expectations, no disappointments. Tidak ada keinginan, tidak ada kekecewaan. Terkadang aku terlalu takut untuk menghadapi masa depan. Keinginan, harapan dan citaku terlalu tinggi namun aku membatasinya dengan rasa pesimisku. Bukan seorang yang ambisius membuatku takut jika ekspektasiku tak tercapai.
Aku ingin seperti ini. Aku ingin seperti itu. Aku ingin dia melakukan ini. Aku ingin dia melakukan itu. Hal dangkal membuatmu terjebak dalam labirin keegoisan. Mengalahkan ego diri sendiri itu memang sulit tetapi menahan diri adalah hal yang lebih sulit.
Jadi, bersiaplah menerima keinginan yang tak selalu sejalan dengan kenyataan.

Senin, 19 Agustus 2013

17:16

Monday, July 22, 2013

REAL-ationship

Seandainya ada mata kuliah ‘kesabaran’, mungkin aku sudah mendapatkan nilai A+. Seandainya ada kontes ‘menahan amarah’, sudah pasti aku akan jadi juaranya. Seandainya dunia tahu jika emosiku ini hanya terkubur untuk sementara waktu saja, mungkin ia akan tahu bahwa aku juga manusia sama seperti kamu.
Terkadang mengalahkan ego sendiri untuk membahagiakan seseorang lain itu terasa berat kadang menyakitkan. Apalagi jikalau hanya bisa mendengarkan tanpa bisa berbicara, itulah kenyataan dalam kehidupan yang tak seimbang. Bukan aku tidak tulus tetapi aku pun manusia yang berhak untuk berbicara dan melawan, bukan hanya diam dan menerima.
Sejauh ini, aku hanya diam. Aku mengetahui betul kenyataan yang ada. Namun, aku seperti seorang pecundang yang hanya bisa diam dan membelakangi kepahitan. Katanya, diam itu menunjukkan kedewasaan tetapi kini aku merasa diam hanya menunjukkan ketidakmampuan dan ketololan.
            Sebetulnya teori dalam menjalani suatu hubungan itu mudah. Jika kamu tidak ingin dibohongi, maka rasakanlah bagaimana rasanya jika dibohongi. Jika kamu tidak ingin dikhianati, maka rasakanlah bagaimana sakitnya jika dikhianati. It’s simple. Teori memang mudah tetapi mengaplikasiannya yang sulit. Jika kita sudah jujur dan setia mati-matian pada pasangan tetapi pasangan melakukan hal yang sebaliknya, mungkin itu karena faktor ketidakberuntungan atau mungkin karma di masa lalu.

21 Juli 2013

23:51

Tuesday, July 2, 2013

Aku, Kamu dan Segala Perbedaan

“Karena bersama, tak harus sama” That is my favorite header quote on cigarette ad. Tidak peduli itu merek rokok apa. Entah rokok keretek, mild atau menthol yang pasti aku sangat menyukai header quote tersebut. Penuh makna.
Ada yang mengatakan, jika mendapatkan pasangan dengan hobi, ketertarikan dan passion yang sama itu sangat menyenangkan. Aku pernah menyetujuinya namun setelah aku melihat dengan sudut pandang yang lain ternyata aku salah. Menjadi sama itu tak selalu menyenangkan.
Jujur saja, aku sangat menginginkan pasangan dengan hobi, ketertarikan dan passion yang sama. Sama-sama suka membaca, sama-sama hobi menulis, sama-sama memahami literature, sama-sama tertarik dengan alam dan tantangan, sama-sama menikmati senja dengan olahraga di sore hari dan masih banyak hal lain lagi. Namun, itu dulu. Ya, itu dulu saat aku tak melihat dunia secara luas.
Adapun yang mengatakan, perbedaanlah yang membuat hidup menjadi berwarna. Yes, I agree for this statement. Apa jadinya kita bersama-sama dalam satu kesamaan yang benar-benar sama. To be same make me so bored. Pengetahuan dan wawasan akan hal yang itu-itu saja memang akan lebih aku ketahui secara lebih mendalam tetapi tidak meluas. Kebetulan sekali aku tipe orang yang tak bisa statis dalam satu kegiatan. Aku selalu suka tantangan dan kegiatan yang berbeda di setiap harinya. Jadi, mendapatkan pasangan yang memiliki segala kesamaan hanyalah bonus bukan tujuan.
Tahukah, aku dengan pasanganku kini memiliki karakter dan ketertarikan yang jauh berbeda dan sangat berbanding terbalik. Awalnya aku terkadang aneh, canggung atau bahkan merasa tidak seimbang karena sering mendebatkan passion masing-masing dan merasa bahwa passion­­­-ku lah yang lebih unggul. Setelah dipikir kembali, itu perdebatan bodoh. Akan lebih baik jika kita menghargai ketertarikan kita masing-masing dan tak perlu mendebatkannya.
Aku suka menghabiskan uangku untuk membeli buku sedangkan dirinya menghabiskan uangnya untuk membeli sepatu. Aku tidak terlalu suka berpenampilan dan sederhana sedangkan dia sangat stylish dan fasionable. Aku sangat suka tantangan sedangkan dia cenderung cari aman. Masih banyak hal yang berbeda antara aku dengannya tetapi tahukah kamu, ini sangat menyenangkan. Kau akan mengetahui hal-hal yang tak kamu ketahui. Bukan hanya saling berbagi kebahagiaan tetapi juga berbagi wawasan tentang passion kita masing-masing.
Satu hal yang penting, jangan pernah memaksakan pasanganmu agar bisa memiliki passion yang sama denganmu karena usahamu akan sia-sia.

2 Juli 2013

00:04

Friday, June 28, 2013

Dialog Pendek Lembaran Memori

Dialog Pendek Lembaran Memori

"Tulisan ini untuk ikut kompetisi @_PlotPoint: buku Catatan si Anak Magang Film "Cinta Dalam Kardus" yang tayang di bioskop mulai 13 Juni 2013." 

Foto, aku menyebutnya sebagai lembaran memori. Sebuah rekaman nyata sebuah memori yang tertuang dalam selembar kertas. Memorable. Abadi jika selalu tersimpan dengan baik dan terjaga.  Kardus merah menjadi rumah bagi lembaran memori-memori itu. Mereka bertempuk tak beraturan sedikit berdebu.
Jika lembaran memori tersebut bisa hidup dan berbicara, mungkin mereka akan saling berebut tempat. Berlomba-lomba agar bisa tersimpan di tumpukan paling atas karena lembaran memori tersebut bukan hanya mengenai 2 atau 3 mantan kekasih tetapi hampir menyaingi jumlah usiaku, hampir 23. Iya, kotak kardus itu berisi foto mantan-mantan kekasihku. Tak usah kaget, itu hanya soal kuantitas namun tentang kualitas, aku belum menemukannya.  Mereka saling bersaing. Bersaing agar menjadi lembaran memori pertama yang akan aku ingat.

“Sebentar lagi, aku akan menjadi lembaran memori pertama yang ia lihat. Aku akan menjadi kenangan yang pertama diingatnya” Lembar foto bersama T berkata.
“Jangan sombong kau, tersimpan di tumpukan pertama belum tentu menjadi yang lekat diingatan. Akulah yang pasti akan selalu ia ingat, karena akulah memori terakhirnya. Baru saja putus 4 bulan yang lalu” Lembar foto studio bersama P menjawab.
“Hahaha kalian pasti akan kalah denganku, aku berumur 3 tahun sedangkan kalian hanya hidup seumur jagung, tentu saja aku yang akan selalu lekat diingatannya” Lembar foto photobox bergambar 8 pose bersama F berkata dengan sombong.
“Kalian berlomba-lomba agar bisa diingat kembali oleh pemilik kita? Jangan harap” Lembar foto bersama A nampak putus asa.
“Betul. ia sudah memiliki pasangan baru tentu saja kita semua dilupakan tetapi kemungkinan terbaiknya, lembar memori dari pasangannya yang baru akan bergabung bersama kita dan ia akan membuka kardus ini lalu memilih salah satu di antara kita dan menjadi hall of fame di kamarnya lagi, ditempatkan eksklusif di sebuah figura foto. Itulah hal yang paling membahagiakan” Sambung lembar foto bersama R.
“Tak usah berharap banyak. Menjadi sebuah lembar memori yang akan diingat oleh seseorang itu jasanya luar biasa. Selain otak, benda apalagi yang bisa menyimpan memori selain kita? Mungkin buku diary. Tetapi semestinya kita harus tulus menyimpan kenangan meskipun  kenangan yang kita simpan tak ingin diingat lagi oleh siapapun bahkan pemilik kita sekalipun” Lembar foto bersama M menjawab dengan tenang dan bijak.
Telah lama aku tak membuka kardus tersebut. Baiklah, aku buka saja. Lembaran memori tertumpuk rapi, namun tersusun secara acak. Aku melihatnya satu persatu. Foto bersama F memang paling banyak tetapi aku malas mengingatnya, lalu bersama P dan T juga banyak. Ah, mereka telah menyakitiku, aku semakin malas dan masih banyak lemabaran memori bersama lelaki lainnya, aku hanya tersenyum simpul. Aku kembali menaruh kardus merah berisi lembaran memori tersebut di tumpukan kardus sepatu.
Lembar memori bersama mantan kekasih bagiku cukup untuk dikenang, karena terkadang membuka luka lama. Menyimpan lembaran memori bukan berarti masih mencintai orang-orang di dalamnya melainkan sebagai pelajaran hidup yang tersimpan nyata.

Sunday, June 23, 2013

Teka-Teki Hidup dan Mati

Terlalu banyak teka-teki yang sulit untuk dijawab ketika aku masih memiliki hidup sebagai manusia. Pertanyaan-pertanyaan yang entah bisa dijawab saat masih bernafas atau tidak. Otakku dan hatiku bersinkronasi dan bersepakat memiliki pertanyaan yang sama mengenai hidup dan mati.
Pernah terlintas memikirkan sedang apa mereka yang telah berpulang dan kini di alam yang berbeda? Apakah mereka sendirian? Kesepian? Atau mungkin bertemu dengan orang-orang tercinta yang telah berpulang mendahuluinya? Lalu apakah setelah bertemu malaikat di kehidupan yang sebenarnya, mereka berada dimana? Apakah Malaikat sudah menimbang amalannya selama di dunia sehingga akan damai di surga? Aku selalu berharap mereka yang telah tiada akan selalu damai di kehidupan sebenarnya, kehidupan abadi.
 Tuhan telah menentukan jodoh, rezeki dan maut ketika manusia masih dalam kandungan. Ketika ruh ditiup ke rahim sang ibu di usia kandungan menginjak 4 bulan Tuhan telah menentukan segalanya. Hal yang tidak aku mengerti, jika setiap manusia telah ditentukan jodohnya, mengapa mereka yang berpulang di usia muda tak bertemu jodohnya? Apakah mereka tidak ditakdirkan bertemu seorang jodoh di dunia fana? Lalu jika manusia ditakdirkan berjodoh dan menikah dengan seseorang, mengapa ada lelaki yang menikahi lebih dari 4 perempuan, apakah lelaki tersebut memiliki keistimewaan yang sengaja Tuhan berikan sehingga bisa berjodoh dengan banyak perempuan? Bagaimana bisa seorang manusia memiliki jodoh yang banyak? Semakin tidak mengerti. Apakah ada jawaban untuk pertanyaanku ini? Dunia dan kehidupan semakin sulit dimengerti.
Jika dunia telah menemukan ajalnya yaitu hari akhir. Kiamat. Bagaimanakah yang akan terjadi di dunia baru ‘kami’ sebagai manusia? Semua manusia akan disucikan dahulu dari dosa dengan siksa api neraka, kemudian manusia bisa masuk surga sesuai amalannya ketika hidup di dunia. Sampai berapa lama aku akan disucikan sebelum memasuki pintu kedamaian yang abadi? Bagaimana suasana di kehidupan nanti? Apa boleh jika aku mempertanyakannya? Apakah aku berdosa jika membayangkannya?
Ketika diri ini ingin bertaubat dan kembali jalan-Mu, mengapa selalu ada hambatan dan ujian? Mengapa Engkau mempersulit umat-Mu untuk berada di jalan-Mu? Tuhan, masih banyak teka-teki dan pertanyaan yang ingin aku ketahui mengenai kehidupan dan kematian. Mungkin sebagian rahasia-rahasia-Mu tak akan pernah terungkap di dunia namun aku hanya ingin memaknainya, agar aku bisa menuju jalan-Mu.
Menjalani kehidupan dengan sempurna mungkin tak akan pernah bisa dijalani oleh siapapun. Namun, lakukanlah yang terbaik selagi Tuhan masih mengizinkan kita menghirup udara-Nya, mensyukuri rezeki-Nya, berpijak di tanah-Nya juga masih bisa bertemu dengan orang-orang tercinta. Harta atau tahta tak akan memberikan cahaya ketika kita berada di kehidupan yang sebenarnya, hanya amal, ibadah dan doa yang akan menemani kita ketika kita benar-benar pulang. Beri aku jalan menuju jalan terbaik-Mu. Ketika aku pulang nanti, berapapun usiaku, aku ingin pulang dengan husnul khotimah.

23 Juni 2013

21:30

Saturday, June 22, 2013

Jawaban Sebuah Isyarat

Hari itu, hujan turun deras. Langit begitu muram. Aku menunggunya di bawah payung yang ditetesi oleh air langit. Basah kuyup. Secangkir teh manis hangat menyambut kedatangannya yang telah lama hilang. Bertahun-tahun tak pernah ada kabar darinya, hingga pada tahun ke-6 di bulan Maret 2013 aku kembali bertemu dengannya, saling bertegur sapa lagi dan kembali saling mengejek. Keesokannya, ia menemaniku seharian untuk mengerjakan skripsiku, menemaniku seharian di perpustakaan hingga mencari bahan-bahan untuk kajian teori.  Pertemuan 3 bulan yang lalu, mungkin adalah isyarat Tuhan.
Kami memiliki passion yang sama. Menulis, membaca dan menonton. Aku dengannya saling mengagumi karya kami masing-masing. Dia nampaknya senang membaca tulisan-tulisanku di blog, ia mengatakan bahwa tulisanku menggunakan diksi yang tepat dan terasah. Ia juga pernah mengatakan ingin belajar menulis padaku. Aku pun menyukai tulisan-tulisannya. Ia pengagum semeseta sejati. Pecinta semesta.  Selain itu, kami sesama pecinta karya-karya Dewi Lestari. Madre merupakan film terakhir yang kami saksikan. Namun, kami belum sempat saling bertukar pikiran dan menulis bersama. Tuhan tak memberikan waktu yang lebih lama untuknya.
Dunia memang belum berhenti berputar. Bumipun masih berotasi. Namun kehidupanya kini telah berhenti di dunia. Ia kini sedang berjalan menuju kehidupannya yang baru. Sebuah pertemuan tidak akan pernah sia-sia. Kehadiran seseorang dalam setiap insan manusia dalam kehidupannya selalu memberikan satu atau bahkan jutaan makna bagi satu kehidupan. Begitupun kehadiran seorang teman bernama Lukman Firmansyah pasti meningalkan makna kepada setiap orang yang pernah mengenalnya.
Seorang Lukman Firmansyah adalah teman diskusi yang baik dan cerdas. Pengetahuannya luas dan serba tahu sehingga siapapun yang berbicara dengannya pasti akan merasa seperti berjalan di satu arah yang sama dengannya.
Good night and bye. Satu kalimat yang awalnya membuatku sedikit bingung dan kesal. Ia mengirimkan pesan itu 3 hari yang lalu. Aku pernah berbicara dalam hati, apakah ia tak ingin berbicara denganku lagi? mengapa dia mengucapkan selamat malam dan selamat tinggal? Dan inilah jawabannya. Ia benar-benar mengucapkan selamat tinggal untuk selamanya.

Detik detik berlalu dalam hidupku perlahan tapi pasti menuju mati, terkadang rasa takut menyelinap hati dimana jalan hidup terisi kesia-sian. Dalam hening aku diam penuh pertanyaan besar, dengan apa ku isi detik ku ini – Lukman Firmansyah

Kehidupan manusia memang tidak akan pernah ada yang abadi namun sebuah tulisan akan tetap abadi bersama nama pengarangnya. You was said, " Life for love" and now, your life give much love for our life. Selamat jalan. Terimakasih. Semoga tenang dikehidupan yang sebenarnya, Jon!




Sabtu, 22 Juni 2013
13:58



Wednesday, June 19, 2013

Memorable

Ada jutaan peritiwa dalam otak manusia yang memenuhi setiap ruang memori. Otak manusiapun memiliki kemampuan yang terbatas dalam menyimpan suatu peristiwa untuk diingat kembali. Ketika kamu merasa otakmu penuh dengan segala peristiwa yang tidak begitu kamu inginkan untuk diingat namun tetap tersimpan rapi dalam memori bisa berpengaruh pada perasaanmu. Perasaanku akan merasa kalut atau bahkan moodku akan terjun bebas. Mulai hari ini, aku akan sedikit demi sedikit menghapus beberapa ingatan buruk yang tak penting untuk diingat karena ruang memori tersebut akanku pakai untuk mengingat peristiwa-peristiwa indah menuju masa depan gemilang yang telah menungguku datang.

19 Juni 2013

22:07

Thursday, June 13, 2013

Rabu dan Air di Pelupuk Mata

Pernahkah kamu menahan air di pelupuk matamu? Menangisi semua penyesalan yang sudah terjadi. Menangisi hidup yang tiada henti menaruhmu berada di bawah putaran. Menangisi keadaan yang tak sesuai dengan yang kau inginkan. Mungkin jika melihatnya dari sebelah mata, akan merasa jika manusia yang melakukan hal seperti itu bukan manusia yang pandai bersyukur. Namun bagiku itu manusiawi, sadar akan kodrat sebagai manusia yang tidak bisa mengendalikan apapun yang terjadi. Manusia tidak mempunyai kuasa untuk mengatur hidup orang lain atau bahkan mengatur kehidupan diri sendiri. Manusia merasa memiliki kuasa jika mereka merasa hebat dan bergelimpangan materi, itu kuasa yang ingin menyaingi Tuhan. Tuhan tak pernah menyukai manusia seperti itu. Harta manusia hanya titik yang tak berarti bagi-Nya.
Rabu ini detak jantungku kembali tidak beraturan lagi. Rasanya sakit sekali, nafasku tersendat-sendat. Entah mengapa beberapa bulan terakhir ini mulai terasa lagi, rasanya sakit hingga jemari lagi. Nampak berlebihan namun jika kau merasakannya, kau akan berkata hal yang sama denganku.
Pelupuk mata tak bisa lagi menahan air. Segera aku diam selama beberapa lama di kamar mandi. Aku menangis. Lagi. Memang dangkal menangisi persoalan mengenai cinta. Cengeng. Bukan hanya persoalan cinta tetapi menangisi betapa beratnya menepati janji yang dibuat oleh diri sendiri dan mengapa aku mengingkarinya begitu mudah. Terlalu banyak pertanyaan dalam hidup yang tak bisa kau temukan dengan mudah bahkan tak akan pernah ada jawabannya.
Jika kau merasa hidupmu sangat berat, lihatlah orang-orang yang tak seberuntung hidupmu. Kebutuhan sandang pangan papanmu terpenuhi, hang out bersama-teman tertawa sana sini, atau mungkin berkendaraan mewah hingga tak perlu kehujanan dan kepanasan. Kau masih berpikir hidupmu berat? Salah besar. Aku terkadang berpikir jika masalahku sangat berat tetapi masih banyak di luar sana yang menginginkan hidupmu. Apa kau masih ingin menjadi orang lain? Menginginkan hidup orang lain? Aku tak pernah mau menginginkan hidup orang lain, aku hanya ingin diberi jalan dan kemudahan untuk berkehidupan lebih baik dan menemukan setiap jawaban dari segala pertanyaan dalam berkehidupan.
Aku membutuhkan teman bicara. Teman bicara siapapun orangnya yang bisa memahami semua ceritaku tanpa harus mengeritiki masalah apa yang aku hadapi. Aku membutuhkan bahu. Bahu siapapun yang bisa mengerti semua masalahku tanpa memandangnya dari sudut mata sebelah kiri.

13 Juni 2013

22:51

Friday, June 7, 2013

Kembali Pada Laut

Sekilas mataku meneropong jauhnya laut
Tercium aroma garam asin di air nan dingin
Pasir bergemuruh tanpa suara yang bising
Langkah biotanya terdengar diam dan sunyi
Aku ingat hari itu, meninggalkan banyak langkah
Menyisakan jejak yang terhapus deras ombak
Menggiring waktu pada hari ini, hari lalu
Ingin kembali menyelami laut dangkal
Bukan hanya untuk menari-nari di atas pasir
Atau mengambil gambar wajah dengan tawa
Kembali pada laut,
Meresapkan wangi laut bersama semesta
Menyelimuti angin pagi siang malam laut
Menyebrangi waktu berdua bersama karang
Menyaksikan matahari timbul lalu tenggelam
Menyimpan serbuk kehidupan biota-biota
Meninggalkan jejak yang tak terhapus deras ombak

7 Juni 2013

21:17

Wednesday, June 5, 2013

Menjadi Perempuan


Perempuan, katanya makhluk Tuhan yang paling indah. Perempuan, katanya makhluk Tuhan yang cantik. Namun apa jadinya jika menjadi satu perempuan yang tidak cantik dan indah diantara milyaran perempuan yang katanya makhluk cantik nan indah? Apa yang akan kamu rasakan? Tentunya selalu ada rasa ingin menutupi diri.
            Menjadi perempuan bukanlah hal yang mudah. Terlalu banyak yang harus dilakukan agar menjadi perempuan yang katanya adalah makhluk cantik. Tidak bisa hanya dengan berpangku tangan tanpa melakukan apapun untuk mempercantik diri.
            Katanya, perempuan yang cantik itu adalah perempuan yang cantik dari dalam, cantik hatinya. Namun pada kenyataannya berbanding terbalik, seakan hanya omong kosong dan hanya sebuah pernyataan penghibur hati bagi mereka yang tidak berwajah cantik, seperti aku. Terkadang merasa dibohongi oleh pernyataan tersebut. Pada kenyataannya, penilaian orang lain tak selalu melihat dari hati melainkan secara fisik. Terkadang, aku merasakan tersisihkan. Bukan terkadang tapi aku merasa selalu tersisihkan dari mereka yang katanya perempuan adalah seoarng makhluk yang cantik.
            Cantik itu katanya relatif. Itu hanya sebuah kalimat penghibur hati bagi mereka yang tidak beruntung memiliki kelebihan secara fisik, untukku juga. Bukan maksud tak bersyukur dan mengingkari apa yang Tuhan berikan. Meski terkadang hati tak mau tahu dengan apa yang orang-orang katakan namun apa daya jika radar seorang perempuan tak bisa ditandingi kepekaannya. Aku seakan tak peduli dengan orang yang katakan mengenai diriku, apalagi bersinggungan dengan fisik terutama soalnya ‘wajah cantik’ dan ‘penampilan menarik’. Mungkin bagi mayoritas lelaki itu adalah point penting. Mereka berlomba-lomba mengincar perempuan-perempuan dengan 2 point penting tersebut. Ada kebanggaan bagi mereka yang memiliki kekasih berwajah cantik dan berpenampilan menarik dan berlomba-lomba untuk memamerkannya pada siapapun yang meihatnya. Aku tak pernah bisa menang dalam hal itu, aku kembali tersisihkan dan semakin terpuruk seperti the beast atau mungkin seperti shrek.
            Keceredasan atau kebaikan hati jarang dilihat oleh mereka yang merasa menjadi seorang lelaki yang mempunyai segalanya. Mungkin mereka lebih memilih mempunyai perempuan yang cantik, menarik tapi bodoh bukan perempuan yang biasa saja, penampilan juga biasa saja tapi cerdas dan hati yang baik. Wajar saja karena kecerdasan dan hati yang baik tidak bisa terlihat secara nyata. Ini kenyataan yang tidak bisa terlepas dari putaran dunia.
            Setiap manusia tidak bisa melihat dari sudut pandang yang sama. Secara mayoritas melihat dari mata. Secara minoritas melihat dari hati. Aku adalah salah seorang bagian dari minoritas. I’m minority. Terkadang ada rasa ingin mengundurkan diri darinya karena mungkin dia terlalu jauh dariku. Dia terlalu memiliki segalanya, terlalu berbanding jauh. Aku tidak cantik dan tidak menarik. Aku perempuan biasa saja. Mungkin jika suatu saat nanti aku semakin tidak menarik sebagai perempuan, ia akan meninggalkanku. Mungkin saja. Menjadi perempuan bukan hal yang diinginkan oleh semua orang. Jika saja aku ketika dilahirkan aku bisa memilih ingin menjadi apa, lebih baik menjadi lelaki. Terlalu rumit untuk menjadi perempuan.

Selasa, 4 Juni 2013
20:23

Rahasia-Rahasia


The secret. Rahasia. Apa yang tak kamu ketahui dan tersimpan. Setiap insan memiliki sebuah rahasia yang terpendam dan tidak ada seorangpun yang mengetahuinya. Menyimpannya dengan baik dan rapi.
Rahasia selalu memancing rasa ingin tahu. Begitu pula mengenai rahasia di masa depan. Sesungguhnya, pada awalnya aku tak pernah ingin tahu mengenai sebuah rahasia di masa yang akan datang nanti. Namun akhir-akhir ini rahasia masa depan sedikit demi sedikit telah terungkap dan benar adanya. Semua yang ditunjukkan yang dulu tak pernah aku percayai, kini terwujud dihadapan mata.
Bukan hanya persoalan cinta namun persoalan kehidupan di masa yang akan datang. Entahlah, semuanya terasa aneh. Sesungguhnya tidak akan menjadi kejutan jika rahasia di masa depan telah terungkap di kehidupan sekarang. Tetapi ambil sisi baiknya, segala kemungkinan terburuk yang telah aku ketahui bisa menjadi kuda-kuda untuk mempersiapkannya dan menerima segala sesuatu yang menyakitkan, seperti perpisahan. Aku selalu membenci perpisahan.
Rahasia. Persoalan yang tak akan ada habisnya jika terungkap. Selalu menyisakan rasa keingintahuan lebih dalam meski telah terungkap. Beberapa pengakuan telah dilakukan. Itu hanya rahasia kecil. Akankah ada rahasia yang takkan terungkap? Ya, tentu ada. Jika mulut dan hatimu terkunci. Tak bicara.

29 Mei 2013
13:39

Sunday, May 12, 2013

Berhenti Bertanya Mengapa


Perasaan aneh itu muncul lagi. Begitu kalut. Entah apa yang dirancakan Tuhan di dalam otakku. Mengapa aku sering kalut? bukan hanya mudah jatuh cinta tapi mudah jatuh kalut. Terkadang dengan hanya memikirkan masalah orang lain pun aku bisa jatuh kalut atau dengan menonton acara televisi ‘orang pinggiran’ yang menceritakan tentang orang-orang yang jauh dari beruntung, aku bisa kalut hingga meneteskan air mata. Sepertinya berlebihan tapi aku benar-benar memikirkan mereka yang berada di bawah naungan masalah besar. Aku menganggapnya sebagai cara bersyukur, bahwa hidupku yang sulit nampaknya tak sesulit hidup mereka.
Kalut kali ini lain. Pernah terjadi saat aku ingin menghilang, pergi sendirian dan mematikan ponselku seharian juga tak ingin berkomunikasi dengan siapapun. Tiba-tiba saja malam ini aku ingat dosa-dosa yang telah aku perbuat. Aku tak menghitungnya karena tak akan cukup dalam hitungan cari. Mulai dari lalai menempati solat 5 waktu hingga mengumpat teman.
Mungkin jika umat lain dengan pengakuan dosa bisa menghapus dosa-dosanya. Bagiku dan umat sesamaku hanyalah bertaubat pada Allah dan tidak mengulanginya lagi. Meski tak menghapuskan semua dosa, setidaknya beban masuk neraka nanti akan dikurangi.
Pola hidupku mulai kacau. Cita-cita yang pasti sudah mulai meruntuh. Ambisi telah memudar juga harapan-harapan kecil sudah menipis. Rasanya semangatku sudah mulai meluntur dan aku sadar itu. Tak ada gairah yang bisa membangkitkan itu. Mewujudkannya terasa sulit bangkit. Jatuh kalut membuatku merasa tersisihkan dari calon-calon manusia bergelimang materi, pintar dan mudah menggapai apapun yang diinginkan. Ibu pernah bilang bahwa aku terlahir dengan tidak selalu cepat mendapatkan sesuatu yang aku inginkan dan aku ditakdirkan untuk selalu berusaha dan kerja keras. Aku tahu betul apa maksud Ibu. Terkadang aku termenung tertunduk, mengapa aku tak seberuntung mereka? Teman-temanku yang dengan mudah bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan, fashion yang branded dengan harga melangit, gadget terbaru dengan teknologi yang semakin canggih. Pernah terlintas, mengapa aku tak seperti mereka? Mengapa aku tak bisa seperti mereka? Jawabannya, berhentilah bertanya mengapa. Itu lebih baik.
Perkataan ibu adalah doa. Aku menceritakan bagaimana teman-temanku dengan gaya hidup mewah, hampir setiap hari makan di cafĂ© mahal, mengendarai mobil yang layak dan mahal juga bergonta-ganti pakaian, sepatu hingga tas setiap bertemu dengan brand yang mahal pula. Ibu hanya tersenyum dan mengusap punggungku, lalu ia berkata “sabar, mungkin keberuntunganmu akan dibawa oleh suamimu nanti” dan percaya atau tidak, itu sangat menenangkan. Sungguh. Setelah itu, ibu selalu menyuruhku untuk menonton acara ‘orang pinggiran’. Benar saja, dengan menonton acara tersebut membuatmu lebih bersyukur. Jika hidupmu selalu melihat ke atas, niscaya hidupmu tak kan bahagia.
Adakah kekalutan yang bisa membuat bahagia? Ada, boleh kalut kemudian bersyukurlah pada Tuhan.

Minggu, 12 Mei 2013
01:57