Thursday, November 22, 2012

Pilihan Ganda


Memulai hidup dari nol lagi bukan pilihan yang nyata. Aku hanya berusaha memulai segalanya dari nol kembali namun kenyataan selalu berkata lain. Selama berhari-hari, berminggu-minggu dan berbulan-bulan ternyata aku jalani dengan langkah berat. Aku seperti tidak bebas bergerak. Aku terkurung. Aku berpura-pura.

Langkahku terburu-buru dan mulai berlari dengan apa yang ada dihadapanku. Apa aku seorang yang tidak bisa menerima kenyataan? Terkadang aku menutup mata ketika aku melihat sesuatu yang tidak aku inginkan dan menutup telinga ketika aku tidak ingin mendengar sesuatu yang tidak bisa aku terima. Pikiranku belum terbuka dengan apa yang aku jalani hari ini. Hari-hariku hanya menari dibalik senyuman palsu. Fana.

Apa yang aku cari belum aku temukan dan akupun tak mengerti apa yang sebenarnya harus aku cari. Berbagai pilihan jelas ada dihadapan. Menjalani sesuatu yang sudah pasti ada dihadapan? Mengejar sesuatu yang harus kutemukan? Atau meninggalkan semua dan berpindah menghindari semua yang aku ketahui? Aku tidak suka hidup dalam pilihan ganda seperti ini. Aku lebih menyukai menjalani hidup dengan mengisi soal essai yang bisa aku isi sesuka hati tanpa ada ruang batas.

Jika memang aku harus memilih dengan menjalani sesuatu yang sudah jelas ada dihadapan tetapi aku tak menemukan bahagia yang aku cari untuk apa? Untuk kebahagaian siapa? Mungkin memang nampak hidupku lebih baik dan aku semakin disanjung tapi apa aku merasa benar-benar bahagia? Tentu belum. Aku belum bahagia.

Bila aku mengerjar ambisi dengan mengejar sesuatu yang harus aku temukan akan lebih baik, mengapa tidak? Memang akan menjadi proses yang sangat panjang dan penuh dengan umpatan juga kedengkian orang-orang disekitarku tapi untuk apa memedulikan orang lain? Akulah yang akan mengejar sesuatu yang belum aku temukan itu. Hanya akulah yang akan bahagia.

Andai aku meninggalkan semua yang ada dihadapan dan berpindah menghindari semuanya, apa aku terlihat seperti seorang pengecut? Siapa yang akan menilaiku sebagai seorang pengecut? Biarlah menjadi seorang pengecut tetapi aku menjadi seorang bahagia. Aku memang tak tahan melihat dan mendengar semuanya. Pergi sejauh mungkin hingga tak ada seorangpun yang mengenaliku mungkin itu lebih baik. Semoga aku mendapat bahagia.

Pilihan ganda mana yang bisa membuat aku bahagia?

Bandung, 22 November 2012
17:40

Friday, November 9, 2012

Sebagai Manusia


Jika memang harus aku membuat daftar kesalahan dan dosa, mungkin tangan-tangan ini tak akan mampu menuliskannya pada kertas-kertas pentaubatan. Kesadaran akan kesalahan yang telah diperbuat telah aku pahami dan renungi namun mengapa aku yang sebagai manusia tak bisa berhenti mengulai perbuatan yang Engkau benci? Apa memang manusia diciptakan untuk berbuat kesalahan pada-Mu?
Layakkah aku menjadi makhluk paling mulia diantara semua ciptaan-Mu? Manusia memang makhluk termulia yang Engkau ciptakan. Layak atau tidaknya aku yang sebagai manusia menjadi makhluk mulia hanya Engkau yang menilaiku.
Dosa apa lagi yang belum aku perbuat terhadap-Mu Ya Rabb? Terkadang mungkin Engkau memang kesal dan sedikit menyentilku dengan beberapa teguran agar aku selalu ingat kepada siapa yang menciptakanku. Aku memang merasa raga ini bukan milikku semata, ini raga-Mu yang Engkau sewakan padaku dan aku membayarnya dengan ibadah dengan ikhlas kepada-Mu. Sebagai manusia harusnya aku selalu tunduk pada yang menciptakanku tapi mengapa aku yang memang sadar siapa penciptaku masih sering lupa pada-Mu?
Jika aku mati esok hari, aku sangat belum siap Engkau mengambil nyawaku. Uang sewa raga dan ongkos menumpang hidup dunia belum aku bayar pada-Mu dengan penuh. Mungkin setengah uang-uang ibadahku belum cukup untuk membayarnya. Tak pernah bisa membayangkan bagaimana gelapnya ruang kubur sempit dan sendirian. Aku masih belum siap Engkau mengajakku kembali bersama-Mu Ya Rabb.
Aku sangat sadar Engkau sangat menyayangiku, terkadang harapan kecilku saja Engkau selalu mendengarkan namun sebagai manusia, aku adalah makhluk ciptaan-Mu yang tak tahu diri. Sampai kapan aku dihantui rasa bersalah pada-Mu, kedua orangtuaku, orang-orang tercintaku dan orang-orang terdekatku?
Sebagai manusia, aku akan membayar seluruh hutang kebaikan-Mu padaku Ya Rabb. Tegur aku jika aku selalu lupa pada kebaikan-Mu. Ampuni Aku!

9 September 2012
22:11

Sunday, November 4, 2012

Lelaki Bermata Teduh


Menggugah rasa melawan waktu
Membelah malam menantang pagi
Bersandar penuh kasih dengan cerita
Tak ada yang miliki belaian seperti engkau
Hingga tubuh hangat dengan pelukmu
Merona pipi lelaki dengan bermata teduh
Mengecap manisnya dinding malam denganmu
Bertatap pada air wajahmu dengan senyum
Tak ada yang miliki kecupan seperti engkau
Hingga bibir bisu diam tak bisa berkata

Engkau lelaki bermata teduh belailah rambut aku dengan lembut
Engkau lelaki bermata teduh peluklah tubuhku dengan hangat
Engkau lelaki bermata teduh kecuplah bibirku dengan cinta


November 2, 2012

Friday, October 12, 2012

Belajar dan Pembenahan Diri


Banyak yang telah aku pelajari darinya. Tentang kehidupan dan memahami diri sendiri. Sifatku dengannya berbanding terbalik. Dia keras dan pendendam namun aku sendiri orang yang tidak memiliki sikap dan ketegasan. Aku memang tak harus berubah menjadi seperti dirinya tetapi ada yang memang harus aku tiru dari dirinya dan semua itu butuh proses panjang.
Ada beberapa yang harus aku benahi dari diriku sendiri, aku harus menjadi yang lebih baik. Tak boleh jika aku harus seperti ini hingga nanti. Aku terlalu melankolis sehingga aku mudah jatuh terlalu dalam, sulit mengontrol perasaan juga keinginan dan terlalu kuat memegang janji. Terkadang hal tersebut memang baik namun kini itu yang menjadi boomerang bagi diriku sendiri. Ternyata semuanya yang mengakibatkan aku tenggelam dalam masa-masa sulit dan tidak bahagia.

29 Agustus 2012
22:32

Someday and Somewhere with Someone

Bagaimana menurutmu tentang "someday and somewhere with someone" apa itu akan benar-benar dipikirkan oleh setiap seorang anak manusia yang menanti jodohnya?
Ada bermacam-macam cara untuk bertemu dengan seorang jodoh yang dicari dan ditunggu. Apapun caranya, semuanya bisa terjadi. Saling tikung atau saling salip antar sahabat bahkan antar kakak beradik, itu bisa terjadi. Pencapaian jodohpun terkadang harus dan pasti ada yang disakiti, entah pacar yang harus ditinggalkan untuk bertemu seorang jodoh, pembatalan pertunangan atau bahkan istri atau suami yang harus diceraikan karena ternyata dia bukan jodohnya namun seseorang lain. Mungkin dengan kata lain, cara menuju pencapaian jodoh itu kejam. 
Dulu, aku ingin sekali mengintip masa depan tentang seorang jodoh namun tak pernah ada cara untuk mengintip secuilpun namun ketika aku sering berbicara dengan-Nya. Ia membolehkanku melihat sedikit siapa seorang jodoh untukku. Didampingi seorang kakek yang mungkin adalah 'pendamping', aku bertemu pria berjas putih itu. Aku tersenyum.
Entah siapa pria itu. Kapankah aku bisa bertemu dengan seorang jodoh yang dipertemukan 'pendamping' kepadaku? bagaimana cara pencapaianku menuju seorang jodoh?
kita lihat nanti.



12 Oktober 2012
13:38
"Mungkin pada akhirnya rasa itu akan hilang dengan sendirinya. Suatu saat rasa itu akan menjadi air tak bermuara, mengalir dengan arus dan pergi. Tak mungkin jika terus aku ingkari. Hubungan tanpa ada jawaban yang sama, itulah aku dan kamu."
"Tak perlu lagi memejamkan mata sejenak tapi bukan untuk tidur. Apalagi menghela napas panjang. Nanti Tuhan tahu kamu sedang lelah"

Thursday, October 4, 2012

Ritual Sore


Sore itu aku terburu-buru untuk segera berangkat agar tidak terjebak hujan di jalan. Langit sudah menghitam dan tetesan airnya sudah menyentuh tanah. Secara kebutulan hari ini aku mengenakan lungsuran hitam tak lupa dengan payung bemotif bunga di tangan, semacam setelan untuk datang ke pemakaman.
Dalam perjalanan, aku selalu menyempatkan diri melihat pantulan wajahku di cermin. Aura wajahku seperti meredup hari ini. Tatanan rambutku yang biasanya tergerai halus mengembang, hari ini tergerai berantakan tak karuan. Riasan wajah yang biasanya membuatkan terlihat cerah, hari ini aku poles seadanya. Pakaian yang aku kenakanpun biasanya aku setrika rapi, hari ini nampak kusut. Sapaan manis biasanya aku tebarkan kepada security di komplek, hari ini sapaanku tersendat di tenggorokan. Apa yang terjadi padaku hari ini?
Pikiranku sedang berlarian entah kemana. Memori-memori yang aku simpan rapi itu seketika berhamburan dan berantakan hingga sulit untuk aku membenahinya kembali. orang-orang menyebutkanku sebagai orang yang rajin galau, bukan hanya rajin tetapi pandai dalam bergalau. Itu diakibatkan daya ingatku yang sangat tinggi presentasenya, dalam tes IQ pun dikatakan begitu jadi mungkin suatu kewajaran jika aku sulit melupakan masa-masa pahit. Sebetulnya tak baik juga mengkambinghitamkan bahkan menyalahkan daya ingatku yang sangat kuat ini.
Waktu sudah mengarahkan jarumnya ke arah angka tiga. Hujan mengguyur Bandung. Aku menggunggu kawanku untuk berangkat bersama-sama. Aku menunggunya di depan sebuah mall kumpulan para chinesse. Tiba-tiba saja lidahku ini ingin mengecap dinginnya eskrim. Ya, terdengar aneh. Namun menurutku eskrim akan disantap lebih nikmat ketika cuaca dingin. Aku memasuki restoran cepat saji yang menyiadakan berbagai makanan penyuntik lemak. Antrian yang cukup panjang tak menyurutkan niatku untuk menjilat lelehan mcflurry milo.
Apa yang kamu pikirkan jika melihat seorang perempuan duduk sendirian diantara kerumunan orang yang tak dikenal satupun? Dan yang dilakukan seorang perempuan itu hanya duduk, menjilati eskrim dan memperhatikan satu persatu orang yang lewat dihadapannya? Apa kamu merasa perempuan itu aneh? Itulah yang aku lakukan sore itu. Tak peduli orang melihatku aneh. Aku sering melakukannya. Datang sendirian ke suatu tempat dan memperhatikan gerak-gerik orang yang lalu-lalang dihadapanku. Melatih diri membaca karakter setiap manusia. Selama bertahun-tahun aku sering melakukan hal aneh ini tapi ternyata sulit. Entah diwarisi dari mana, aku tak mempunyai kemampuan untuk belajar dengan cepat, aku belajar dengan lamban. Hasil tes IQ pun tidak cukup membanggakan, nilainya tak mencapai 125. Terkadang aku sulit membaca keadaan dan karakteristik setiap manusia yang ada didekatku.
Saat sedang mengantri tadi aku memperhatikan seorang wanita chinesse kira-kira berusia 28 tahun. Ia mengenakan pakaian yang mengundang siapapun yang melihatnya, tanktop berwarna khaki dengan model cup yang menimbulkan efek 3D pada payudaranya dan hotpants berwarna senada, tak lupa wedges yang dikenakannya lebih cocok untuk dijadikan bakiak masjid. Selama mengantri ia hanya berkomentar dan berceloteh seakan dialah pemilih restoran cepat saji ini. Riasan di wajahnya pun memperkuat garis karakternya yang kuat. Watak keras tak sabaran juga egois muncul dari pancaran wajahnya. Terlihat sekali, dia mungkin istri seorang penguasaha kaya yang dari tatapan ekor matanya ia sedikit mencibir siapapun yang lebih rendah dari dirinya. Cukup mengerikan melihat ada seorang wanita seseram itu.
Saat aku melahap eskrim itu, ada seorang karyawan yang sedang mengepel lantai dihadapanku. Mungkin usianya 34 tahun, sudah menikah dan memiliki lebih dari 1 anak. Wajahnya yang letih tak bisa ia sembunyikan meski dari mulutnya ia menghibur diri dengan menyanyikan sebuah lagu yang judulnya tak aku ketahui. Disebelahku ada seorang pria yang sedang menyantap nikmat sepotong ayam tepung andalan restoran ini sendirian. Usianya terlihat 29 tahun dan sepertinya belum menikah. Mulutnya memang mengunyah dan menikmati apa yang dilahapnya tetapi pikirannya terlihat tidak di tempat, pikirannya terlihat melayang-layang entah kemana. Selanjutnya, seorang ibu muda yang cantik dan seksi berusia sekitar 35 tahun mengenakan dress berwarna putih gading dipadupanankan dengan warna coklat terlihat cocok. Ia menemani anaknya untuk makan siang disini, namun ada karakter keras yang ia simpan, entah karakter seperti apa yang membuat ia terlihat nampak dua sisi yang berbeda.
Kembali aku memerhatikan wajahku di cermin kecil yang selalu aku bawa kemanapun. Aura wajahku masih begini tak berubah. Kata kakakku yang sudah 22 tahun mengenalku luar dalam, ia mengatakan aura wajah yang aku munculkan tergantung dari suasana hati yang sedang aku rasakan. Benarkah? Aku rasa memang begitu. Sebulan yang lalu, aku sempat bercerita panjang lebar semalaman dengan kawanku. Ia mengatakan wajahku nampak tidak segar dan auraku nampak tidak terlihat dan benar saja, aku sedang mengalami masa-masa sulit yang sangat hebat saat itu. Hidupku sedang dalam kepahitan. Mungkin nampak berlebihan namun begitulah adanya. Bagaimana cara memperbaiki aura wajah? Dimanakah aku bisa menemukan reparasi aura wajah? Akupun sadar, semuanya akan percuma dan sia-sia jika aku masih tergulung dan terhempas dari masa-masa pahit itu.
Kawanku sudah sampai, aku sudahi latihan ini dengan mood yang mulai membaik. Apa senyumku sudah mulai mengembang manis seperti biasanya? Apa karakter manusia baik sudah muncul di wajahku? Apa kecantikan aura itu akan benar-benar nampak ketika aku bahagia? Entahlah, aku tak bisa melihatnya sendiri. Tolong bantu aku untuk membacanya.

30 September 2012
21:05

Wednesday, September 26, 2012

Emosi? Berlarilah!


Setelan yang aku kenakan sudah hampir cocok dengan kegiatan yang paling aku senangi saat ini yaitu lari sore. Mengenakan kaos longgar, jaket sport, celana basket dan sepatu berbahan kanvas favoritku. Celana basket dan sepatu kanvas memang tidak nyambung dengan untuk setelan pelari. Ada alasan yang cukup kuat untuk menjelaskannya, celana lariku terlalu pendek jika harus dipakai lari di stadion kampus rasanya akan menjadi pusat perhatian para mahasiswa jurusan olahraga dan mengapa memakai sepatu berbahan kanvas? Aku lupa menaruh sepatu lariku dimana.
Matahari mulai menurunkan sinarnya pada pukul 4 sore. Hari itu pikiranku sedang memang sangat kacau, terlalu banyak yang aku pikirkan tanpa bisa aku mengatasinya. Aku putuskan untuk sengaja datang kembali ke kampus dan langsung ikut memenuhi stadion. Ada beberapa orang yang sedang lari sore juga tetapi stadion didominasi mahasiswa jurusan olahraga yang sedang menjalani mata kuliah sepak bola. Aku tak peduli dengan mereka yang memenuhi lintasan lari ini. Betapa semangatnya hari itu aku berlari.
Aku sudah berada di atas tanah merah lintasan lari. Menurut Aditya Mulya, memutar lagu PSY – Gangnam style akan lebih menyenangkan jika didengarkan saat berlari. Aku mencobanya. Kakiku mulai pergerakan berlari pelan-pelan secara stabil, tidak sprint ataupun berjalan. Pikiranku sedang kalut saat itu. Aku sadar aku tak begitu menikmati alunan lagu gangnam style, pikiranku melayang-layang saat berlari. Emosi perlahan naik dan memuncak. Saat itulah emosiku mulai mencapai klimaks, aku berlari sekencang mungkin. Aku merasa aku sedang marah dan sekelebat terbayang wajah orang-orang yang membuatku menjadi kacau seperti ini. Entah seberapa kencang aku berlari dan akupun merasa ada sekitaranku yang melihatku aneh, aku tak peduli.
Kakiku mulai kelelahan dan berhenti dengan sendirinya. Keringat sudah membanjiri tubuhku. Kulit coklatku terlihat semakin mengkilap dengan basuhan air tubuh. Wajahku mendongak sambil memegangi lutut. Seketika perasaanku lega. Rasanya begitu lepas. Kelelahan ini bukan kelelahan biasa. Rasanya begitu nikmat melepas emosi tanpa harus meluapkan kemarahan pada orang-orang yang mengecewakanku itu. Memang rasa sakit itu tidak hilang, masih bersisa di hati tapi bukan dalam pikiran. Pikiranku bebas dan aku menyukai keadaan ini. Berlarilah.

25 September 2012
23:19

Teman Hidup


Hampir setiap bulan aku menerima undangan pernikahan dari teman-temanku dulu. Turut mengecap bahagia menerima sebuah kartu undangan pernikahan seorang teman yang telah mendapatkan teman hidup. Menurut mereka, teman hidup itu datang secara tiba-tiba tanpa diduga. Terkadang hubungan bertahun-tahun bukan patokan untuk yakin bahwa dialah yang akan menjadi teman hidupnya kelak.  Justru perkenalan singkatlah menyatukan dua manusia yang dinamakan jodoh.
Bagiku, cukup disayangkan jika aku sudah diundang ke suatu acara pernikahan tetapi tidak datang. Bukan karena aku ingin makan dan minum enak secara gratis dan bebas memilih apa saja yang akan aku jadikan ‘umpan lampung’ tetapi karena aku ingin saat pernikahanku nanti, teman-temanku bisa menghadirinya. Itu saja? Tentu tidak, aku juga ingin tertular mereka, segera menemukan ‘orang itu’ yang mereka sebut teman hidup. Klasik.
                Apa kamu percaya takdir? Aku percaya. Teman hidup itu akan datang dengan sendirinya tanpa kita mengetahui siapa orangnya, kapan dan dimana akan bertemu juga bagaimana prosesnya. Memang aku tak begitu menyukai proses panjang, bahkan aku orang yang selalu terburu-buru namun aku menkimati proses itu.
Dimana kamu teman hidupku saat ini? Mungkin saja kamu masih menjadi kekasih orang lain atau bisa saja kamu ada didekatku namun aku tak menyadarinya? Tuhan lebih tahu bagaimana cara yang baik untuk mempertemukan aku dengan kamu, teman hidup.

25 September 2012
22:39

Monday, September 24, 2012

Hidup itu Ajaib


Dulu, ingin rasanya aku mengintip masa depanku seperti apa. Apa aku akan bahagia atau aku akan menyedihkan di sepanjang hidup? Manusia mana yang tidak dikejar rasa penasaran akan masa yang akan datang?
Aku suka kejutan. Aku suka sesuatu hal datang tanpa diduga. Begitupun beberapa minggu ini. Semuanya seperti alur cerita yang berjalan dan berubah begitu cepat. Tanpa jeda. Semuanya berganti begitu cepat tanpa aku sadari sebelumnya namun hari ini aku tahu mengapa Tuhan tak mengizinkan manusia-Nya mengintip masa depan.
Hidup itu ajaib. Penuh kejutan. Penuh rahasia. Ada banyak keanehan yang terjadi. Tak pernah aku duga semua akan terjadi seperti saat ini. Alur hidup yang sebelumnya kusut dan rumit, sekarang menjadi benang-benang kehidupan yang terjuntai semakin rapih namun semakin aku sulit memaknainya. Menurutnya, ini fase hidup.
Kejuatan dan rahasia apalagi yang akan aku dapatkan nanti? Aku tunggu hidup yang ajaib itu.

24 September 2012
06:01

Thursday, September 20, 2012

Beda


Awalnya aku merasa dirimu berbeda
Aku hanya mengikuti perasaanku meyakinimu
Walau ku tahu waktumu sedikit untukku
Dan rindu yang selalu menyita hatiku

Aku tahu, kau mencintaiku
Namun mengapa dirimu berbeda, bukan dirimu yang dulu aku tahu
Aku tahu, kau menyayangiku
Tapi mengapa kau lebih membahagiakan dia disaat ku bahagiankanmu

Separuh waktuku hanya untuk mengisi ruang hatimu
Tapi kini aku tahu,
Separuh waktumu hanya untuk membagi hatimu untuk dia

Sebagian hidupku kuhabiskan untuk menuruti keinginanmu
tapi kini aku tahu,
Sebagian hidupmu kau habiskan untuk menuruti hasratmu yang keliru

Mudahnya hatimu tergoda oleh kasih yang tak pasti
Sekejap saja kau menghianati janjimu sendiri
Perlahan-lahan kata-kata dustamu telah menyiksa hatiku
Sulitku memercayai perubahan dalam dirimu ini

Namun masih ada sisa hati yang ingin memaafkanmu
Walau hati melawan diri yang meronta ingin mengakhiri
Berjuta maaf yang kau ucap takkan hilangkan dusta
Semuanya telah berubah hanya sesal yang kau rasa

Meskipun bayang-bayang kekeliruanmu takkan pernah hilang
Namun ..
Sampai kapanpun kau berlari,
takkan pernah ada yang sangat menyayangimu seperti aku
dan sampai manapun kau mencari,
takkan pernah ada yang mencintai kekuranganmu seperti aku


 April 14, 2010


Karena, Jalanku bukan Disini


Ternyata bukan jalan ini yang aku cari
Terlalu cepat aku mengakui itu
Masih ada jalan-jalan yang indah
Bukan menyakiti diri sendiri
Percuma bila aku terus menelusuri
Takkan ada ujung jalan yang kunanti
Berat ku melangkah untuk pergi
Tapi aku harus menerima jalanku
Karena ..
Jalanku bukan disini!
Waktu masih panjang
Waktu takkan menanti
Mencari, menelusuri jalan
Tak sanggup tuk terus ada disini
Karena ..
Jalanku bukan disini
Jalan ini membuatku jemu
Kelelahan tiada habis
Terlarut dalam kesetiaan
Kesetiaan yang menyakitkan
Lepaskan aku segera!
Aku hanya ingin bernafas sedikit saja!
Dan berlalu meninggalkan
Karena ..
Jalanku bukan disini
Bukan aku yang menelusuri jalan
Tapi,
Jalan yang mencari jejak hidupku!

2010

Tak Sama


Ada waktu dimana aku tak bisa bergerak
Untuk bernafaspun aku sulit
Mulutmu yg membuatku seperti terkapar dalam kematian
Namun,
Dalam hati kecil masihku ingin menjadi bagian hidupmu
Layung itu mulai meronakan warna
Semakin membiru dengan corak
Kaki-kaki melangkah beriring-iring
Melangkah yang tak sama

2011

3rd January


I feel the time pass without your smile
Quiet that filled my day
Someday you’ll be go home
Anchored in love to my arms
Because your hug will always makes me…
 fallin in love

Maybe yesterday I’m are not your mine
But still my heart  for  you
Millions man of my side choice
Would can’t change you
I will waiting for you
Although to be long times
I will remain faithful waiting
I know you just for me

Let my time
Spend by the waiting
Until you believe how big
My love for you, I keep waiting

Desember 2011

Bahagia untuk Kamu


Bahagia adalah melihat orang yang dicintai bahagia
Rasa sakit itu ada, rasa sakitmu dan rasa sakitku
Namun…
Bahagia yang kau rasakan nanti akan melebihi rasa bahagiaku
Kau berhak bahagia, begitu pula aku
Aku hanya kesedihanmu walau dulu aku kebahagiaanmu
Teruslah berjalan dengan asa dan impianmu
Aku takkan menemuimu di persimpangan jalan lagi
Karena yang aku tahu,
Bahagia itu kau yang rasa.
Aku tak mencari seorang yang lebih baik darimu, karena kau memang selalu jadi yang terbaik.
Kefanaan dunia  yang kita jalani hari ini akan menjadi cerminan kehidupan di masa depan.
Melepasmu itu menyakitkan. Menyakitimu itu  adalah kesedihan. Kesedihanmu itu kesedihanku.
Selamat ulangtahun ke 22 untuk kamu.
Terlalu banyak doa dariku untukmu, hingga Tuhan sudah mencatatkan jalan yang terbaik untukmu
Di depan sana ada masa depan yang baik untukmu, teruslah berjalan.
Ada yang harus berkorban untuk mencapai suatu kebahagiaanmu.
Asa, cita, harapan dan mimpi akan menemuimu suatu saat nanti.
Doaku selalu ada untukmu, citamu, harapanmu, mimpimu dan kebahagiaanmu.
Tak akan ada lagi kesedihanmu  jika aku pergi hari ini sayang
Selamat ulangtahun sayang.

I love u more than everything dearest.
Don’t look back.
Someday, you can get the ‘best’.
Because,
God has a big plan for you dear.


17 Agustus 2012

Saturday, September 15, 2012

Bandung Bukan Kebahagiaanku


Kini bandung sudah tak ingin bersahabat denganku lagi. Terlalu banyak tenggelam dalam kepahitan. Aku ingin meninggalkanmu untuk sesaat dan aku akan kembali lagi kesini tapi entah kapan, tak tahu pasti. Bukannya aku tak cinta padamu lagi tapi aku yakin kebahagiaanku bukan disini, bukan di Bandung. Kebahagiaanku ada di luar sana yang keberadaannya entah dimana.
Tahun depan, aku harus pergi. Kepahitan akan terus mencariku jika aku masih terus disini. Masalahku tak akan pernah selesai jika aku betahan di tempat yang sudah tak menginginkanku lagi. Hidupku mungkin akan lebih baik jika aku berdiri di tempat dimana tak ada seorangpun yang mengenaliku. Memang terlalu dangkal jika aku harus pergi dan meninggalkan yang menurutku ‘suatu masalah’ di Bandung. Namun hanya itu jalan satu-satunya. Meninggalkanmu, Bandung.
Aku hanya ingin bahagia di luar sana. Maafkan aku.

31 agustus 2012
23:58

Tunggu Aku Enam Bulan Lagi (1)


Awalnya kehadiranmu saat itu tak pernah aku sadari. Aku hanya mengenal dan mengetahuimu sebagai teman kakakku atau yang lebih pas sebagai relasi kerja. Tak pernah terlintas sedikitpun untuk bisa dekat denganmu, karena aku masih dengannya saat itu. Namun, waktu berkata lain. Ketika aku menyudahi hubunganku dengannya, kau hadir penyembuh luka di hatiku. Akupun tak pernah tahu isi hatimu saat itu. Bodohnya aku yang tak pernah mengetahui semua itu.
Kedekatan kita saat itu hanya terbatas sampai sms saja, selebihnya tak pernah ada dan aku menganggapnya itu hal yang biasa. Belum ada perhatian-perhatian kecil darimu yang membuatku sadar akan kenyataan.
Di saatku mengalami putus cinta yang hebat dan membuatku sedikit terhentak, aku dekat dengan seorang teman lama semasa sekolah dulu. Tentu kamu tahu dia. Ya, dia Yuda. Dia mencoba menyalip saatku sedang terjatuh. Mungkin dasar aku sedang terlalu galau olehnya, sedikit demi sedikit hatiku luluh padanya. Walau terdengar ironi, baru saja putus sudah dapat gebetan baru. Akupun cukup dekat dengan Yuda dan saat itu aku masih belum menyadari penuh bahwa kau ada dibelakangku.
...................................................................................................................................................
November - Desember 2011

Sabtu tak Harus Berkencan.

Kepulan asap sabtu ini cukup mencekik kerongkonganku. Rasanya sudah tak cocok lagi bergelut dengan batang tembakau ini namun pikiran sedang terbuka dengan sesekali hisapan.
Aku tak keluar malam ini karena isi dompetku memaksa untuk tak kemana-mana. Berhadapan dan berbicara dengan layar datar memang lebih asyik bagi yang sendiri seperti aku. Klise, seakan mengalihkan perhatianku yang sedang tak ingin memikirkan apa-apa termasuk memikirkan kamu karena kamu sudah tidak cocok lagi untuk mengendalikan pikiranku.

15 September 2012
20:31


Wednesday, September 12, 2012

Bahagia


Perlu ada introspeksi dari diri sendiri. Ternyata sifat burukku tak lebih baik dari dirinya. Seharusnya dari dulu aku berkaca, apa yang kurang dariku bukan apa yang kurang darinya. Terkadang manusia hanya melihat sisi buruk seseorang dan itu nyata, aku yang rasakan. Lepas darinya banyak pembelajaran diri untukku juga hidupku.
Aku merasa ada yang tidak beres dengan diri aku sendiri. Sedikit demi sedikit aku menyadari itu dan memang, tidak ada yang mengerti sifatku sendiri selain diri sendiri bahkan untuk memahami sifat sendiripun itu sulit. Menerima apa yang sudah aku miliki itu juga sulit. Manusia memang terkadang lupa bersyukur.
Semua yang aku lakukan akhir-akhir ini memang terlalu terburu-buru. Aku tidak mau dibilang lamban dan tidak memiliki yang namanya sikap. Dulu aku memang tak pernah bisa mengambil sikap dan keputusan tanpa ke-plinplan-an. Perubahan yang aku lakukan memang terlalu cepat dan ‘gak santai’ tapi itu aku lakukan untuk mencari apa yang namanya bahagia.
Bahagia itu aku yang rasa, bukan kau ataupun dia. 

Agustus 2012

Aku dan Kamu


Aku dan kamu itu manusia. Aku dan kamu itu lelaki dan perempuan. Hanya perempuan yang tidak tahu rasa jika detik-detik dan jam-jam itu dianggap suatu kehambaran. Aku perempuan yang penuh rasa dan kamu sebagai lelaki itu memintaku tak jatuh terlalu dalam. Sudah terlanjur, aku perempuan yang sudah kamu bawa jatuh semakin dalam.
Tetapi,
Mungkin pada akhirnya rasa itu akan hilang dengan sendirinya. Suatu saat rasa itu akan menjadi air tak bermuara. Tanpa tujuan, mengalir terbawa arus dan pergi. Jika benar rasamu terjalin juga seperti aku, mungkin rasa itu tak akan ada jawaban yang sama. Hubungan tanpa harapan, cita dan masa depan, itulah aku dan kamu.

4 September 2012
21:22

Cerita pada Pelangi dan Bulan


Aku ingin berbicara pada pelangi yang sesekali datang bahwa aku masih dan tetap mencintaimu karena jika datang lagi setelah hujan, ia akan datang padamu dan menyampaikan ceritaku melalui indah warnanya. Seindah warna pelangi seindah cerita tentangmu dan rindu.
Namun,
Jika aku harus berbicara pada bulan, ia akan menunjukkan ceritaku tentangmu setiap malam dalam gelap.  Jika mungkin kau mengetahui ceritaku tentangmu dari bulan, ia akan bercanda tawa dengan kesepian karena aku merindumu bukan karena aku sendiri tetapi aku masih dan tetap mencintaimu.

4 September 2012
21:03

Friday, September 7, 2012

Pilihan


Ketakutan pergi dengan sedetik waktu
Keraguan mengintaiku hingga tanpa arah
Pilihan hanya bagian hidup yang harus dijalani
Tak akan ada jawaban jika hanya membisu
Bila aku berlari, adakah jalan keluar untuk itu?
Sentuhan itu akan pergi jika aku terdiam
Seharusnya memang tak perlu ada pertanyaan
‘mengapa aku harus memilih?’
Jawablah dengan kesetiaan.

Bandung, 15 agustus 2012
00:30

Thursday, September 6, 2012

Tidur, Mimpi dan Kamu


Mimpi kemarin menyelimuti tidurku
Detik-detik rindu tahu perasaan itu
Tak mungkin jika terus aku ingkari
Seutuhnya cinta itu masih dan selalu ada
Tak mati meski aku tak menanti
Hanya bisa mencarimu dalam malam
Dan aku menemukanmu dalam tidur
Terbangkan aku ke bulan malam ini
Agar bintang bisa menjemputku lagi
Aku rindu terdiam bersamamu dalam tidur
Salamkan kembali rindu ini, mimpi!

4 September 2012
20:38

Selamat 22 Tahun!


Usiaku hari ini menginjak ke tahun 22. Selama 22 tahun pula sudah sedikit banyak memberikanku pelajaran hidup. Hidup bukan hanya sekedar cinta dan materi. Itu hanya pohon faktor dari kehidupan. Apapun yang diproritaskan dalam hidup, tujuannya tetap sama yaitu bahagia.
Aku tak meminta banyak pada-Mu Tuhan untuk usiaku yang semakin mendewasa ini. Mungkin doa-doaku setiap harinya telah Engkau dengarkan dan aku yakin doa-doa itu akan Engkau wujudkan. Tetaplah berdoa dan bersabar karena aku yakin ‘suatu saat’ itu akan tiba. Tunggulah.
Kebahagiaan itu memang terwujud dari diri sendiri dan hanya diri sendiri yang bisa merasakannya. Namun manusia kadang lupa mengenal kepuasaan. Akupun terkadang begitu. Masa-masa sulit menuju usia 22 tahun cukup sudah aku rasakan dan aku tak ingin merasakannya ataupun mengingatnya kembali. Masa-masa itu adalah masa-masa aku gagal mendapatkan kebahagiaan.
Tuhan,
Aku tak inginkan apapun. Aku hanya ingin bahagia, Tuhan!




30 Agustus 2012

Tuesday, June 12, 2012

Batin, Masa Depan dan Jogjakarta

Jogjakarta mengajaku kembali kesana. Entah apa yang dimiliki kota ini sehingga aku terhipnotis untuk kembali mengunjungi kota budaya ini. Bila dibandingkan dengan kota-kota lainnya yang pernah aku kunjungi, hanya Jogja yang 'mengajakku' untuk bisa tinggal disana. Kota lain menawarkan keindahan pantai dan wisata-wisata lainnya. Namun rasanya hal lain tidak lebih menarik dibandingkan dengan kota ini.
Semacam ada keterikatan batin antara aku dan Jogja. Keterikatan batin untuk masa depan. Semacam ada mimpi-mimpi kecil untuk bisa menghabis waktu selama bertahun-tahun disana. Mungkin saja memang suatu saat nanti aku bisa tinggal di Jogja atau mungkin dapat pendamping orang Jogja? semoga. 

Friday, May 11, 2012

ANTARA AKU DAN TUAN MAJIKAN


Oh betapa baiknya dia. Dia lelaki yang setia. Tak pernah dia berpaling dari kekasihnya itu.  Meski wanitanya itu tidak begitu cantik bahkan bisa dibilang standar pasar saja. Terkadang aku menyayangkan jika lelaki ini berpacaran dengan wanita ini. Aku bisa melihat wanita ini sangat mencintai lelaki yang sudah aku anggap sebagai sahabatku atau bahkan saudaraku. Bukan aku membela dia tetapi dia memang tampan, berjambang, berpakaian necis dan dia pekerja keras dan lelaki itu bernama Bono. Kekasih Bono yang sekarang ini tidak terlalu cantik bila dibandingkan dengan kekasih-kekasihnya dulu, wanita ini tidak tinggi semampai, rambutnyapun tidak panjang, kulitnya sawo matang dan bentuk badannya agak berisi dan wajahnya pun tidak cantik tapi mungkin sedikit manis, bila aku melihat kekasih Bono, aku seperti melihat pramuniaga di toko obat.
Aku tahu sekali tipe wanita seperti apa yang disukai Bono kebanyakan model, tinggi, langsing, cantik, pandai berdandan dan modis sedangkan wanita ini gaya berpakaian sehari-harinya seperti itu saja kemeja, kaos, jeans dan flat shoes yang tidak ada haknya, tidak terlihat seksi dan membosankan. Apa sih yang dimiliki wanita berpipi seperti bakpau ini? Bisa-bisanya Bono tergila-gila padanya. Jujur saja aku tidak suka padanya.
            Namun suatu ketika saat aku berada di kantor Bono, aku menyaksikan sesuatu yang tidak bisa aku terima.
            “Andin, maafin aku kita gak bisa lagi buat ngelanjutin hubungan ini.” Bono memegang tangan Andin.
            “……” Andin hanya terdiam dan menangisi apa yang dikatakan Bono
            “Tunggu aku tahun depan, aku pasti akan kembali buat kamu sayang” Bono pun ikut menangis.
            “Tapi, aku gak bisa. Aku gak terbiasa buat jauh dari kamu”
            “Din, lihat mata aku. Aku pergi ninggalin kamu bukan untuk cari kesenangan. Aku pergi buat pekerjaan aku, untuk masa depan kita berdua. Belum lagi orangtua aku yang belum nyetujuin hubungan kita. Aku tahu kamu sedih dan akupun berat buat ninggalin kamu tapi aku minta kamu belajar dewasa, kamu harus mengerti posisi aku sekarang. Aku mohon!”
            “….” Andin masih terdiam.
            “Kamu boleh cari lelaki lain, aku ijinin kamu pacaran dengan siapapun selama aku pergi tapi tahun depan saat kita bertemu lagi. Kamu cuma buat aku.”
            “Apa? Kamu tuh cinta sama aku gak sih? Mana bisa aku berpaling dari hati kamu, Bon? Aku cuma cinta sama kamu. Sampai kapanpun dan seberapa lama kamu pergi aku gak bisa berpaling dari kamu. Aku bakal tetap sendiri sampai kamu kembali!”
            Bono dan Andin semakin terlarut dalam suasan haru di hari terakhir mereka bertemu sebelum Bono pergi. Bono pergi untuk bekerja sebagai konsultan keuangan di Singapura yang mengharuskannya tidak pulang selama 1 tahun. Aku ikut menghabiskan malam terakhir ini yang penuh kepiluan. Mereka menangis sepanjang malam. Ah sungguh melankolis. Namun malam itupun malam terakhir pula aku bertemu Bono.
            “Din, aku titip Jecky ya selama aku pergi. Semoga Jecky bisa akrab ya sama kamu sayang” “Jecky, kamu baik-baik ya sama Andin, harus nurut apa kata Andin. Jangan suka ngegonggongin Andin. Jangan nakal!” aku terperangah seperti ditembak mati. Ah tidak! Aku tidak mau hidup selama satu tahun bersama wanita ini. Lebih baik aku mati jadi gelandangan saja dari pada aku harus bersama dia.
            Pada awalnya aku bahagia jika mereka harus berpisah tetapi mengapa aku harus ikut berpisah pula dengan tuan majikanku yang baik hati itu.
            Hari pertama di rumah Andin, aku diberi kamar kecil di taman khusus untuk aku yang seekor anjing ras golden berbulu coklat keemasan. Bila dilihat, Andin cukup mempersiapkan dan menyambutku kedatanganku. Andin yang merupakan mahasiswa tingkat akhir dan sibuk menggeluti skripsi, ia telaten memberiku makan 1 hari 3 kali, membersihkan kandangku dan selalu berusaha membuatku nyaman tinggal bersamanya tetapi tidak tahu mengapa aku masih tidak diberi rasa suka terhadapnya.
            Satu bulan kepergian Bono telah berlalu, aku masih belum akrab dengan Andin. Aku merasa tidak nyaman disini, aku benci dia dan aku tidak ingin hidup bersama dia.
            “Jecky, kita jalan-jalan sore ya. Maaf ya kalau selama ini aku selalu sibuk dan nyuekin kamu” Andin mengelus-ngelus kepalaku sambil mengeluarkanku dari kandang namun aku membalas dengan gonggongan. Gonggongan kebencian.
            Sore itu Andin dengan wajah kelelahan mengajakku jalan-jalan keliling komplek. Inilah kesempatan untuk aku melarikan diri. Andin sedang lengah dan aku tahu dia tidak mengikat tali dengan kencang. Akupun berlari sekencang mungkin meski aku tidak tahu aku akan lari kemana.
            “Jecky…Jecky…Jeckyyyyyyy…!!!” Andin berteriak untuk mengundang perhatian orang-orang sekitar komplek dan mengisyaratkan agar membantunya mengejarku.
Entah Andin mencariku kemana. Langit semakin mendung dan gelap, aku berlari keluar komplek tanpa tujuan sekencang mungkin. Sialnya aku tak tahu aku ada dimana dan hujan mulai turun dengan derasnya. Aku terdampar didepan sebuah toko kain yang sudah tutup. Tidak ada seorangpun yang lewat. Aku yang lelah mencoba untuk tertidur ditemani petir yang menyambar kesana kemari.
Dua hari sudah aku menggelandang di jalanan, buluku yang semula halus dan mengkilap kini menjadi gimbal, kumal dan perutku lapar luar biasa. Oh dimanakah Bono sekarang? Apa jadinya jika ia melihatku seperti gembel. Kalaupun aku harus mencari jalan pulang ke rumah Andin aku tak tahu rumahnya dimana dan akupun tidak tahu apa Andin mencariku atau tidak. Gengsiku terlalu besar jika harus mengemis makanan kepadanya.
Aku meminta makanan ke setiap orang yang melihatku. Tidak ada satupun yang peduli, aku malah diusir bahkan dilempari batu. Ada sedikit penyesalan dalam hati ini. Aku berpetualang hingga memasuki jalan raya yang entah dimana. Hujan kembali turun, aku mencari tempat berteduh. Saat aku mencoba untuk menyebrang tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan kencang dan aku tertabrak, kakiku terasa remuk bagai diinjak-injak segerumulan gajah hutan.
“Hallo…anjing manis, kamu sudah sadar ya? Nama kamu Jecky kan?” Seorang pria tampan ada dihadapanku. Siapa dia? Wajah tampannya melebihi Bono. Siapakah dia? Mengapa dia tahu namaku? “Ayo sini manis kamu makan dulu ya”.
Apa? Manis? Ah sudah lama sekali tidak ada yang memanggil manis. Aku makan dengan lahap dengan kakiku yang berbalutkan perban sembari melihat siapa lelaki muda ini? Apakah dia yang menolongku?
Tak lama kemudian lelaki itu memasukkanku ke dalam mobil dan tak lama kemudian aku tiba di rumah seseorang yang aku kenal, Andin. Dia mengetuk pintu sambil menggendongku.
“Maaf, anda cari siapa ya? ” pintu itu dibukakan oleh ayah Andin.
“Saya mau cari pemilik anjing ini, di kalung ini tertera nama alamat jadi saya berniat untuk mengembalikan anjing ini” Ayah Andin mengernyitkan dahi dan sepertinya ia tidak terlalu mengenal aku.
“Silahkan masuk, nak! Saya panggil anak saya dulu ya” “Andin…Andin..cepat kemari”
Andin pun yang memang mempunyai wajah selalu gusar kini wajahnya semakin kusut seperti sudah tidak tidur selama 1 tahun.
“Jeckyyy…!!! Kemana saja kamu? Kenapa kamu pergi? Aku sangat menghawatirkanmu. Kakimu ini kenapa?” Andin memelukku dengan erat hampir-hampir aku tidak bisa bernapas.
“Kemarin saya menemukan anjing manis ini dipinggir jalan saat hujan besar dengan kaki yang bersimbah darah di pinggir jalan, mungkin dia tertabrak mobil tapi saya sudah mengobati luka-lukanya Jecky”
“Terimakasih banyak sudah menolong Jecky, 2 hari kemarin dia kabur dan menghilang. Aku mencarinya sampai aku memampang semua foto Jecky disudut jalan tapi tetap tidak ketemu. Entah bagaimana caranya aku harus membalas pertolonganmu” Andin begitu bahagia saat aku kembali ke rumahnya. Ah paling hanya pura-pura bahagia.
“Tidak apa-apa ini sudah menjadi kewajibanku, saya ini dokter hewan”
            Pembicaraan mereka berlanjut sampai siang hari, mereka mencoba saling mengenal. Lelaki penolong itu bernama Galih, dia seorang dokter hewan yang tampan. Parasnya dewasa dan di sekitar pipinya ditumbuhi jambang tipis. Pantas saja dia bisa dengan telaten merawatku hingga sembuh tetapi ada yang ganjil dari tatapan Galih terhadap Andin, Galih terlihat tertarik pada Andin.
Hari-hari telah berlalu. Ini tepat 8 bulan kepergian Bono. Aku begitu merindukannya. Setiap malam aku selalu termenung memikirkannya disana. Apa dia merindukanku seperti aku merindukannya?. Hubunganku dengan Andin sebetulnya semakin membaik, aku menyerah dengan keadaanku. Aku tak mau melarikan diri lagi, demi Bono aku bertahan di rumah ini. Memang sih Andin memperlakukanku seperti adik kecilnya, dulu setiap harinya aku tidur di kandang atau di taman tapi semenjak aku melarikan diri, Andin memperbolehkanku untuk tidur dikamarnya, bahkan Andin sengaja membelikanku tempat tidur istimewa untukku. Kini aku tahu mengapa Bono sangat mencintai Andin, dia keibuan. Sebetulnya dia itu cantik sih, hanya tinggal direnovasi di salon saja.
Selain hubunganku dengan Andin semakin membaik, semakin lama Galih si dokter hewan itupun semakin dekat dengan Andin, dia jadi sering menyambangi rumah Andien dengan alasan ingin menengokku. Entah mengapa aku jadi tidak menyukai lelaki ini. Hampir satu minggu sekali Galih bertemu Andin. Kadang mereka hanya mengobrol di rumah, mengajakku jalan-jalan sore atau mereka pergi berdua dan akupun tak tahu apa yang mereka lakukan dan bicarakan. Apa yang akan terjadi jika Bono mengetahui ini?. Aku harus mencegahnya, walau bagaimanapun juga Andin adalah orang yang dicintai Bono. Aku tak mau Bono tersakiti.
Memang Andin akrab dengan banyak lelaki tetapi mereka teman-teman Andin, kalaupun datang ke rumah hanya untuk mengerjakan tugas namun aku selalu mengawasinya, kalau sampai ada lelaki yang berbuat macam-macam pada Andin, aku akan menggonggong dan akan menggigitnya.
Suatu sore Andin mengajakku ke petshop untuk memandikanku dan ini hal yang paling menyenangkan bagiku. Tiba-tiba saja good mood-ku hilang, seorang lelaki berperawakan tinggi menghampiri Andin, tak lain itu adalah Galih. Apa yang dia lakukan disini? Seketika aku yang baru saja dimandikan dan belum kering pula bulu-buluku, aku langsung berlari dan melompat menggonggong ke arah Galih. Aku tak suka dia ada disini.
“Jecky….Jecky…gak boleh gitu! Jecky diam! JECKY!!!” Andin marah sambil melototi aku. Baru kali ini Andin marah padaku. Akupun langsung terdiam dan tertunduk lesu tapi mengapa aku jadi sedih seperti ini? Rasanya seperti Bono yang memarahiku.
Ternyata Galih datang untuk menjemputku dan Andin pulang. Saat diperjalanan pulang jalanan macet dan hujan begitu deras. Aku yang duduk dibelakang sendirian hanya bisa mendengarkan mereka berbincang dan mereka tampak semakin akrab, sambil sedikit mengantuk aku mendengar pembicaraan mereka.
“Maaf ya tadi Jecky gonggongin kamu kaya gitu” Andin memulai pembicaraan.
“Iya ga apa-apa kok, mungkin itu tandanya Jecky cemburu liat aku datang jemput kamu” Jawab Galih
“Hahaha…Oh iya maaf juga ya jadi ngerepotin kamu jemput aku sama Jecky”
“Ga usah minta maaf juga Din, gak ngerepotin kok lagian sekalian lewat jalan pulang ke rumah” Andin hanya membalas dengan senyuman.
Saat jalanan macet panjang dan tak ada satupun kendaraan yang bisa bergerak sedikitpun, hujan semakin deras disertai kilat menggelegar.
“Andin…” tiba-tiba saja Galih meraih dan memegang jemari Andin “Sudah hampir 8 bulan kita dekat seperti ini, waktu yang cukup untuk aku mengenalmu lebih dekat, menurutku ini waktu yang tepat dan usia akupun sudah cukup untuk menjalani hubungan serius. Kamupun hanya tinggal 4 bulan lagi untuk wisuda, sekarang aku sudah menemukan siapa wanita yang tepat untukku. Aku mencintaimu, aku menyayangimu dan aku ingin kamu menjalani hubungan istimewa ini denganku. Maukah kamu menjadi pendampingmu hidupku nanti?” Galih menyatakan cinta dan sekaligus langsung melamar Andin sambil membuka kotak perhiasan kecil yang didalamnya ada sebuah cincin yang terlihat mewah. Aku yang sedang mengantukpun tiba-tiba saja terbangun mendengar semua itu, aku yang tidak terima melihat kejadian itu, akupun langsung menggonggong ke arah Galih, sebisa mungkin aku mengonggong sekencang mungkin dan aku menggingit lengan Galih.
Keadaan malam itu jadi kacau. Andin terlihat sangat marah padaku sekaligus kebinggungan entah harus berbuat apa. Belum juga Andin menjawab pernyataan cinta Galih, dengan hujan deras Andin panik dan keluar dari mobil dan membawaku keluar dari mobil. Leherku diikat kencang dan Andin entah membawaku kemana. Galih memanggil Andin, namun Andin seperti tidak mendengar suara apapun. Andin tidak peduli dengan hujan deras yang mengguyurnya, dia sedikit berlari kecil seperti takut Galih mengejarnya.
Dengan berlari cukup kencang dan basah kuyup aku dan Andin tiba di sebuah minimarket 24 jam. Aku lelah begitu pula dengan Andin, nafasnya terengah-engah sambil iba menatapku. Andin mecoba tersenyum pada aku yang tertunduk kelelahan, dia membelikanku air putih dan camilan keripik kentang kesukaanku. Di malam yang dingin itu kami hanya duduk berdua di bangku teras minimarket sambil menatap hujan, tak ada satu orangpun disini. Aku mencoba menghibur Andin yang terlihat meneteskan air matanya dengan bersikap manis dan  menjilati tangannya, berharap dia akan tersenyum dan mengatakan sesuatu.
“Jecky, berapa bulan lagi ya Bono pulang? Aku sudah mulai capek menunggunya tanpa kabar darinya sedkitpun, Bono masih ingat sama kita gak ya? Hmm…Aku tahu kamu gak suka aku dekat dengan Galih, tenang aja Jecky aku gak akan mungkin khianatin Bono, kalaupun aku dekat dengannya aku hanya menganggapnya teman, mungkin Galihnya aja tuh yang kegeeran” Andin mulai tersenyum, dia berbicara padaku seolah-olah dia mengerti apa yang aku rasakan. Aku hanya bisa membalasanya dengan gonggongan. Gonggongan manis.
Andai saja aku bisa berbicara menggunakan bahasa manusia aku ingin mengatakan terimakasih pada Andin sudah bersabar menjaga dan menyayangiku padahal awalnya aku sangat tidak menyukainya dan yang tak aku sangka, Andin tidak mengkhianati Bono meski ada lelaki yang segalanya jauh lebih baik dari Bono dan aku sadar itu.
 Setelah kejadian itu, Andin tak pernah lagi bertemu Galih, yang aku tahu mereka berbincang di telepon, Andin mengatakan keadaan sejujurnya bahwa dia sedang menanti seseorang yang dicintainya. Aku dan Andin sudah seperti aku dan Bono, memang butuh waktu berbulan-bulan untuk dekat dan menyayangi Andin seperti aku menyayangi Bono. Betapa indahnya hidupku.
Sekarang sudah menginjak bulan April dan tinggal beberapa minggu lagi Bono pulang. Aku sangat rindu padanya, apa dia benar-benar akan pulang menemui aku dan Andin? Aku tak yakin, dia tak pernah memberi kabar pada Andin hingga sampai saat ini tapi untuk persiapan menyambut Bono pulang, aku ingin sekali mengajak Andin ke salon untuk mempercantik diri tapi bagaimana caranya? Padahal sekarang Andin terlihat lebih kurus, namanya juga ditinggal pacar ya pasti galau tuh Andin tapi itu sudah menjadi modal awal agar dia bisa terlihat lebih cantik.
Suatu hari Andin mengajakku jalan-jalan pagi keliling komplek dan di ruko depan komplek ada sebuah salon tapi aku tak tahu salon itu bagus atau tidak. Saat Andin lengah memegang tali kekangku, akupun lari dengan kencang ke arah salon, mau tidak mau Andin mengikuti aku berlari.
“Hhhh…salon? Mau apa kamu Jecky kamu mengajak aku kesini” Andin mencoba berbicara dengan nafas yg terengah-engah kelelahan.
Aku membalas dengan menggonggong mengisyaratkan bahwa aku ingin kamu masuk ke salon ini Andin dengan rasa aneh dan terpaksa melihat aku yang mendorong-dorong Andin dengan kepalaku, diapun masuk ke dalam salon.
“Silahkan, mau dipotong? Creambath? Hairspa? Lulur say?” seorang lelaki kemayu menyambut kedatangan aku dan Andin.
“Euh…hmm..apa ya?” Andin sepertinya mulai mengerti apa yang ingin aku katakan. Dia bercermin dan melihat dirinya yang sudah lama tidak mempercantik diri. “Oh iya ini mas aku mau potong rambut tapi di layer aja sih panjangnya jangan dipotong ya”
“Jangan panggil mas dong, panggil aja mba hehe” “sekarang kita lagi ada promo loh say, sekalian aja cuci+potong+blow+colouring+hairmask+facial+lulur cuma 200 ribu aja, mau ya say, lumayan loh ini promonya cuma sampai akhir bulan ini aja”
“Waduh gimana ya, kalo colouring sih aku gak berani, lagian aku juga ga bawa uang segitu mba, Cuma bawa Rp.45.000.”
“Mba rumahnya di deket sini kan? Yo wes gak apa-apa toh kalo kasbon dulu, nanti kesini lagi aja say, kalau colouring nanti aku pilihin warna coklat gelap aja, cocok sama kulit kamu say”
“Hmm..iya boleh deh mba, oh iya ini anjing aku gak apa-apa kan kalo nunggu di dalam?”
“Iya gak apa-apa say, asal jangan berak di tempat keramas aja hahaha”
Akhirnya Andin mengambil promo tersebut dengan sedikit kebingungan, keterpaksaan dan kepasrahaan. Aku menunggu Andin di lantai salon. Cukup lama aku menunggunya sampai-sampai aku ketiduran dan wow! Andin berubah. Andin cocok dengan gaya rambut barunya ini. Bono pasti pangling lihat perubahan Andin.
“Jecky, aku gak pede nih dengan rambut kaya gini. Bono bakalan suka gak ya?” Andin berbicara sambil mengelus kepalaku. Lagi-lagi aku hanya bisa menjawab dengan gonggongan. Aku harap Andin mengerti apa yang aku maksud bahwa aku menyukai perubahannya. Andin semakin cantik.
Bono tak mengatakan kapan tanggal yang tepat dia akan pulang. Selama 1 tahun inipun dia tak pernah memberi kabar padaku dan Andin. Ini tanggal 21 Mei 2012. Tepat 1 tahun Bono meninggalkan Andin dan hari inipun Andin wisuda untuk mendapatkan gelar sarjana teknik industri.
Sejak tadi subuh Andin sudah membenah diri dengan kebaya berwarna biru tosca juga tak lupa dengan konde modern yang bertengger menghiasi kepalanya. Andin terlihat berbeda, ia cantik sekali namun air mukanya menunjukkan ada suatu kesedihan. Bono tak bisa mendampingi Andin wisuda. Andin hanya didampingi kedua orangtuanya. Andai saja aku bisa sehari saja menjadi manusia, aku akan ikut mendampingi Andin wisuda.
Seharian lamanya aku ditinggalkan di rumah sendirian. Keluarga ini pulang pukul 5 sore dan meski Andin telah berwisuda tetapi wajah Andin semakin kusut. Aku datang ke kamar Andin dan sungguh aku tak tega melihatnya, Andin menangis. Air mata terjatuh menuruni pipi merah Andin. Aku berusaha menghiburnya. Aku ikut menemani Andin yang menangis tertelungkup di atas kasur yang masih lengkap dengan make-up juga kebaya yang masih menempel dibadannya.
“Jecky, kenapa Bono gak nepatin janjinya? Padahal aku sudah mengirim email padanya kalau hari ini aku wisuda tapi boro-boro dia datang, membalas emailku saja engga” Andin mencoba berbicara sambil mengelus kepalaku.
Aku tertegun mendengarnya. Aku ingin menagis. Dimana kamu berada tuan majikanku? Nyonya majikan merindukanmu. Aku juga.
TOK..TOK..TOK!!!
Terdengar suara ketukan pintu keras sekali. Siapa yang mengetuk pintu malam hari begini. Waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam. Aku yang ikut tertidur bersama Andin mencoba membangunkan Andin dengan menjilati tangannya.
“Jecky, ada apa? Aku ngantuk. Aku capek” Andin berbicara dengan mata yang masih tertutup.
Kembali ketukan pintu itu terdengar berulang-ulang dan cukup keras.
“Siapa? Aku ngantuk nih ah” masih dengan mata tertutup.
Tak ada suara dari balik pintu dan ketukan pintu semakin keras. Andin membuka pintu dengan kesal juga masih dengan rambut berantakan, make-up tak karuan juga kebaya yang masih betah menempel di badan Andin.
“Apa sih? Aku ini capek. Besok lagi aja mah kalau mau ngembaliin kebaya” Andin membuka pintu kamar dengan setengah sadar.
Dan…
HAPPY GRADUATION SAYANG!!!”
“Bono???” Andin sangat terkejut. Ia mencubiti tangannya sendiri dan ia sadar ternyata ini nyata. Pangerannya telah datang menjemputnya dan ini bukan mimpi.
Tanpa berkata apapun lagi, Bono langsung memeluk Andin dengan Erat. Bono menangis. Andin juga menangis. Aku juga ikut menangis terharu melihat mereka berdua. Mereka berpelukan sangat lama.
“Jecky, come on my boy” Bono ternyata masih ingat aku. Bono juga memelukku seperti ia memeluk saudaranya sendiri. Bono semakin gemuk hingga aku sulit bernapas dipeluknya. Penampilannya ikut berubah, ia tampak lebih rapih dan kini dia tak berambut. Botak.
Pukul 2 pagi aku, Andin juga Bono duduk di serambi taman belakang rumah. Kami menghabiskan sisa malam bersama. Aku yang sangat merindukannya tertidur dengan posisi yang sangat manja di atas paha gemuknya Bono. Andin tak henti-hentinya memukul-mukul lengan Bono, ia kesal karena Bono tak datang saat ia wisuda.
“Kamu kenapa sih gak datang sebelum wisuda aja? Kenapa harus jam segini datangnya? Aku kan masih berantakan. Terus kenapa kamu bisa masuk ke rumah aku jam segini? Oh iya kenapa kamu ga pernah kasih aku kabar sih selama setahun ini? Menghilang gitu aja. Terus itu kenapa rambut kamu jadi botak?” Andin tidak hentinya menghujam Bono dengan cercaan berbagai macam pertanyaan.
“Kamu ko jadi cerewet sih sekarang? Begini, kenapa aku datang jam segini. Aku sebelumnya sangat minta maaf sama kamu sayang, pesawatku delay karena cuaca buruk padahal sudah rencana sama orangtuamu aku mau datang ke kampus buat dampingin kamu wisuda jadi aku baru bisa datang jam segini. Lihat, barang-barang bawaan akupun masih disini dan aku belum pulang ke rumah” Aku dan Andin menyimak dengan serius penjelasan Bono. ”Lalu, kenapa aku gak pernah kasih kamu kabar, itu karena aku gak mau mengganggu kamu skripsi dan aku gak mau ikut terbebani menunggu aku pulang dan kenapa rambutku sekarang jadi botak? Karena di Singapur itu rambut botak lagi ngetrend.” Jawab Bono santai dengan percaya diri. Percaya diri dengan kepala yang tak berambut.
Andin bengong mendengar semua penjelasan Bono.
“Tapi kamu pernah mikirin perasaan aku? Kamu tuh pernah mikirin apa yang terjadi sama Jecky selama ini sih? Terus memangnya kamu gak takut aku berpaling laki-laki lain? Atau jangan-jangan kamu yang sudah punya pacar disana? Atau mungkin kam..” telunjuk Bono menutup mulut Andin yang terus berbicara. Bono mengelus tangan Andin
“Terimakasih banyak kamu sudah menjaga Jecky dengan baik dan aku bahagia, akhirnya Jecky bisa bersahabat dengan kamu sayang” “Aku percaya sama kamu, apapun yang terjadi, kamu pasti bakal kembali sama aku”
Andin kembali tertegun dan terlihat sedang menahan tangis.
“Oh iya sayang, ini oleh-oleh buat kamu, coba buka deh”
“Ini isinya apa? Ko gede banget?”
“Gak usah banyak komentar, coba buka pelan-pelan”
Andin membuka sebuah kotak berukuran kardus televise 14” yang dibungkus dengan kertas kado berwarna marun. Isi kotak itu berlapis-lapis. Ada 5 kotak di dalamnya yang harus Andin buka perlahan”
“Sayang, ko gak habis-habis ini kotak? Memangnya kamu bawa oleh-oleh apa sih?”
“Kamu cerewet ya!” Bono mencubit pipi Andin dengan gemas.
Kotak terakhir, masih dengan dibungkur kertas berwarna marun dan Andin perlahan membuka sebuah buku yang berbentuk seperti majalah dan setiap lembaran berisikan foto-foto mereka dari awal bertemu hingga terakhir pertemuan mereka. Tentu saja ada fotoku juga. Bukan hanya lembaran foto tetapi juga ada lembaran ‘diary’ Bono tentang hubungannya dengan Andin yang berbentuk seperti cerbung (cerita bersambung).
Air mata Andin tak terbendung lagi, Andin menangis hingga matanya sembab tak karuan.
“Jangan nangis gitu dong sayang” Bono mengusap air mata Andin
“Terimakasih banyak untuk semuanya sayang, ternyata penantian aku selama ini gak sia-sia.”
“Buka halaman terakhirnya dulu”
Di halaman terakhir buku itu terdapat rangkaian kata maukah kau menikah denganku? Bukalah kotak terkecil untuk menjawabnya. Tanpa berkata Andin langsung mencari kotak terkecil tersebut. Kotak tersebut berisi 2 kalung untukku. Kalung yang satu berwarna merah dengan gantungan berukiran namaku ‘Jecky’ dan kalung yang satu lagi berwarna hitam dengan gantungan tak berukiran.
“Jika kamu jawab iya, kalungkan yang berwarnah merah pada Jecky. Jika tidak, kalungkan yang warna hitam”
Belum pula Andin menjawab dia akan memberikanku kalung yang mana, dengan sigap tanpa membuang waktu aku langsung menggigit kalung berwarna merah, mengisyaratkan pada mereka bahwa aku siap memiliki nyonya majikan yang sangat setia untuk tuan majikanku yang sangat mencintainya.
“Aku cinta kamu”

Reslyana Malida
Bandung, Desember 2011 –  9 Mei 2012