Setelan yang aku
kenakan sudah hampir cocok dengan kegiatan yang paling aku senangi saat ini
yaitu lari sore. Mengenakan kaos longgar, jaket sport, celana basket dan sepatu
berbahan kanvas favoritku. Celana basket dan sepatu kanvas memang tidak
nyambung dengan untuk setelan pelari. Ada alasan yang cukup kuat untuk menjelaskannya,
celana lariku terlalu pendek jika harus dipakai lari di stadion kampus rasanya
akan menjadi pusat perhatian para mahasiswa jurusan olahraga dan mengapa
memakai sepatu berbahan kanvas? Aku lupa menaruh sepatu lariku dimana.
Matahari mulai
menurunkan sinarnya pada pukul 4 sore. Hari itu pikiranku sedang memang sangat
kacau, terlalu banyak yang aku pikirkan tanpa bisa aku mengatasinya. Aku
putuskan untuk sengaja datang kembali ke kampus dan langsung ikut memenuhi
stadion. Ada beberapa orang yang sedang lari sore juga tetapi stadion
didominasi mahasiswa jurusan olahraga yang sedang menjalani mata kuliah sepak
bola. Aku tak peduli dengan mereka yang memenuhi lintasan lari ini. Betapa
semangatnya hari itu aku berlari.
Aku sudah berada
di atas tanah merah lintasan lari. Menurut Aditya Mulya, memutar lagu PSY –
Gangnam style akan lebih menyenangkan jika didengarkan saat berlari. Aku
mencobanya. Kakiku mulai pergerakan berlari pelan-pelan secara stabil, tidak
sprint ataupun berjalan. Pikiranku sedang kalut saat itu. Aku sadar aku tak
begitu menikmati alunan lagu gangnam style, pikiranku melayang-layang saat
berlari. Emosi perlahan naik dan memuncak. Saat itulah emosiku mulai mencapai
klimaks, aku berlari sekencang mungkin. Aku merasa aku sedang marah dan sekelebat
terbayang wajah orang-orang yang membuatku menjadi kacau seperti ini. Entah
seberapa kencang aku berlari dan akupun merasa ada sekitaranku yang melihatku
aneh, aku tak peduli.
Kakiku mulai
kelelahan dan berhenti dengan sendirinya. Keringat sudah membanjiri tubuhku.
Kulit coklatku terlihat semakin mengkilap dengan basuhan air tubuh. Wajahku
mendongak sambil memegangi lutut. Seketika perasaanku lega. Rasanya begitu
lepas. Kelelahan ini bukan kelelahan biasa. Rasanya begitu nikmat melepas emosi
tanpa harus meluapkan kemarahan pada orang-orang yang mengecewakanku itu.
Memang rasa sakit itu tidak hilang, masih bersisa di hati tapi bukan dalam
pikiran. Pikiranku bebas dan aku menyukai keadaan ini. Berlarilah.
25 September 2012
23:19