Sunday, March 31, 2013

1 Lelaki 2 Perempuan


Dari balik kaca jendela mobil yang basah menyisakan tetesan hujan yang dingin juga gelap, ada dua anak perempuan dan satu lelaki separuh baya. Satu lelaki separuh baya menyetir dengan pikiran yang kalut dan kosong. Permasalahannya terlalu banyak namun ia masih bisa tersenyum sambil menghisap tembakau yang selalu menyala setiap waktu.
Satu perempuan cantik duduk dengan anggun disebelahnya. Ia begitu cantik dibalut dengan gaun berwarna hijau alpukat muda. Ia selalu cantik memakai warna apapun, entah merah muda, kelabu, kuning keemasan atau warna lainnya. Ia tetap dan akan selalu cantik. Siapapun yang melihatnya akan tersenyum melihat sosok perempuan ini.
Di belakangnya, ada satu perempuan dengan penampilan yang biasa saja, riasan yang biasa saja, sepatu yang biasa saja, tas yang biasa saja juga basah kuyup. Rambutnya kusut belum disisir. Ia menata rambut lusuhnya dengan membentuk bulatan kecil agar tak terlihat semakin lusuh.
Hampir setiap waktu satu lelaki paruh baya dan dua anak perempuan mengitari jalanan kota hingga larut malam dan pagi menjelang. Mereka mempunya hari-hari yang tak sama dengan setiap hari yang dijalaninya. Meski mereka pergi bersama pulang bersama dan berbeda arah juga dengan tujuan yang berbeda. Hidup yang berbeda. Cara mereka mencari dunia juga berbeda.
Mereka membentuk suatu satu yang bernama, keluarga.

31 Maret 2013
21:15

Wednesday, March 27, 2013

Dialog Pendek dengan Angin


Berbicara pada malam. Kemudian berdialog dengan angin, “Angin, aku ingin bercerita tetapi kamu jangan bicarakan ini pada siapapun ya” angin masih diam, hanya berjalan mondar-mandir. “Begini angin, beberapa minggu ini, mungkin 26 hari yang lalu aku mulai bangkit, bukan bangkit dari kubur” “Begitu mudahnya aku bangkit dari jatuh kali ini, ternyata jatuhnya tidak dalam, hanya jatuh biasa” Angin tetap membisu dalam temaram.
“Boleh aku bicara lagi? aku juga bahagia, teman-temanku yang dulu pernah hilang sudah kembali lagi. Dulu aku membuat benteng besar, melebihi benteng takeshi tapi benteng yang akubuat dulu sudah aku hancurkan lagi” Angin mulai berhembus, tidak kencang.
“Satu lagi, mataku dan mata hatiku sudah bisa membedakan antara kejujuran, kebohongan dan kepura-puraan. Dulu aku melihatnya semu dan seperti membayang, nampak buram. Kini perlahan semuanya mulai terlihat. Mataku mengupas kejujuran dan mata hatiku menelanjangi kebohongan dan kepura-puraan. Sungguh, terkadang mereka bertiga tiada beda” Angin menyelimutiku malam ini juga memelukku erat.

27 Maret 2013
21:49 

Monday, March 25, 2013

Cerita Hujan dan Perempuan-Perempuan


Siang ini aku sedang menunggu seorang teman di sebuah mall untuk menemaninya berbelanja. Siang ini juga langit sedang dituruni hujan cukup deras, membuat rambutku yang tadinya bergelombang berubah menjadi basah dan berantakan tak karuan.
Aku menunggunya di sebuah restoran cepat saji. Duduk diantara perempuan-perempuan cantik, juga seksi. Paha mereka mulus tanpa bulu bak kaki meja. Meski dada mereka kecil bahkan rata namun mata-mata pria cukup merasa tergoda untuk meliriknya karena kerah baju mereka yang lumayan membuka lebar seakan melamba-lambai setiap mata yang melihatnya. Sungguh. Belum lagi riasan wajah yang menempel di wajahnya, mungkin sinden pasti akan kalah dan minder jika melihat mereka.
Bukan hanya persoalan dada, paha dan riasan. Rambut mereka juga berwarna-warni. Ada yang blonde seperti perempeuan Inggris, coklat muda, coklat terang, coklat tua dan berbagai macam kecoklatan lainnya. Seperti melihat carnaval. Warna-warni.
Aku merasa minder. Aku duduk sendiri di pojokan menghadap ke arah perempuan-perempuan berkawat gigi itu. Aku merasa paling hitam juga kumal. Mereka tertawa-tawa renyah, entah membicarakan apa adan siapa, aku tak kenal. Tentu saja, karena aku pun tak mengenal mereka. “Goblooookkk hahhaha” begitulah yang mereka bicakan. Asap rokok semakin mengepul. Untung saja aku sudah bersahabat dengan asap itu, aku membiarkannya dan tetap terdiam di pojokkan. Masih minder. Hitam dan kumal.
Dan masih hujan. Badanku sedang tidak bersahabat dengan cuaca minggu ini. Badanku mulai mengigil lagi. Jika melihat ranjang dan selimut bulu angsa rasanya ingin tak sadarkan diri sejenak. Aku ingin tertidur pulas seperti semalam. Semalam bermimpi kamu.

Senin, 25 maret 2013
14:10

Saturday, March 23, 2013

Peluk


Apa yang kamu butuhkan jika kamu terjatuh? Apa yang kamu perlukan ketika air matamu turun? Apa yang kamu inginkan ketika hatimu terluka? Jawabannya hanya satu, peluk.
Entah energi apa yang dimiliki peluk, ia memberikan kekuatan luar biasa yang tidak bisa diberikan oleh kata. Seakan memiliki daya magis. Hanya peluk yang bisa membuatku kembali baik-baik saja.

23 Maret 2013
17:23

Friday, March 22, 2013

Episode Pendek

Aku adalah episode pendek dari bagian skenario hidupnya.  Aku adalah potret dari bagian hidupnya. Aku adalah persimpangan jalan dari perjalanan hidupnya. Aku adalah atom dari bagian senyawa hidupnya. Aku adalah perempuan dari bagian hasrat hidup yang ingin ia lupakan. Gulunglah kembali roll film tentang urutan memori tentangnya, memang selalu tak berujung baik jika aku membukanya lagi. Aku bisa apa jika mata ingin beradu pandang lagi ketika kami saling bicara?

2012

Tidak Menjadi Bagianmu


Ada waktu dimana aku tak bisa bergerak
Untuk bernafaspun aku sulit
Mulutmu yg membuatku seperti terkapar dalam kematian
Namun,
Dalam hati kecil masihku ingin menjadi bagian hidupmu
Layung itu mulai meronakan warna
Semakin membiru dengan corak
Kaki-kaki melangkah tak beriring
Melangkah yang tak sama

2010

Thursday, March 21, 2013

The Stalker


Jari-jari ini semakin malam semakin liar. Liar mencari sebuah nama. Huruf demi huruf disusun hingga menjadi satu username yang biasanya aku lihat setiap hari. Pupil mata membesar ketika melihat deretan kolom-kolom rangkaian kata yang selalu diiisinya setiap hari. Seketika hidung kecil ini seakan berhenti menemukan oksigen, terhenyap. “Oh… ternyata…hhmmm…baiklah”.
“Tindakan bodoh juga menyedihkan” hati berkata seperti itu, otakku juga. Jari-jari liar itu tidak mau berhenti dan tidak menuruti kemauan otak yang tidak ingin sakit lagi jika setiap hari harus mengintip. Jari-jari mulai liar dan sulit dikendalikan. Rasanya otak ingin menjerat jari-jari dan memborgolnya. Otak juga lelah tapi yang lebih lelah itu hati.
My fingers are the best of stalker. The stalker sejati tidak akan pernah meng-exit akunnya dan akan selalu tergantung pada paket internet atau dengan gencar mencari wifi. Memilih provider anti lemot agar bisa mengintip seseorang yang ada dipikirannya setiap detik. Setiap habis mengintip, dia akan tersenyum sendiri jika ternyata status manis seseorang lain itu ternyata untuk dirinya padahal belum tentu. Begitupun kebalikannya, jika seseorang lain itu meng-update sesuatu yang berbau menyedihkan, dia akan langsung merasa bersalah “jangan-jangan tweet dia itu buat gue”.
Predikat The Stalker tidak memandang usia, gender, kelas sosial atau apapun. The stalker bisa disandang oleh siapapun yang memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, jari-jarinya lincah juga liar dan bersedia menghambiskan waktunya hanya untuk mencari tahu apa yang sedang dilakukan seseorang lain yang berdiam nyaman dipikiran seorang stalker. Tak ada salahnya memang menjadi seorang stalker, hanya saja hatinya memerlukan aplikasi double power atapun mungkin million power. Sudah tahu rasanya sakit tetapi masih sengaja menyakiti hati sendiri semacam bunuh diri.

Selasa, 19 Maret 2013
23:04 

Benda itu Bernama Hati


Kesembuhanku sudah hampir mencapai 80 %. Pertapaan ini tidak sia-sia. Di setiap harinya, benda yang bernama hati itu mendapatkan terapi dengan melihat semesta yang belum pernah dikenal.
Berbicara tentang benda yang bernama hati tak akan ada habisnya dan bahkan tidak akan pernah menemukan titik, mungkin hanya koma. Bila disebut benda mungkin dikategorikan sebagai benda ghaib tidak terlihat nyata dimana letak hati berada. Berbeda dengan hati yang merupakan bagian dari anatomi tubuh, hati letaknya di dalam dekat jantung dan dilindungi oleh paru-paru. Tapi mungkin benda bernama hati itu ada persamaan dengan hati yang sebenarnya, sama-sama harus dilindungi.
“Hatiku rapuh” atau “hatiku sakit” dan “aku sedang patah hati”, begitu yang banyak diucapkan oleh mereka yang pernah jatuh hati pada seseorang. Mereka seharusnya bahagia pernah memiliki hati meski pada akhirnya benda itu akhirnya rapuh, sakit lalu patah. Bayangkan jika ada anak manusia yang tidak memiliki hati, mungkin tidak akan ada anak manusia selanjutnya di dunia ini.
Memilih pada pilihan yang tepat diseleksi oleh benda ini. Ia mencari-cari mana yang terbaik bagi si pemiliknya. Jangan sampai salah pilih karena pertanggungjawabannya sangatlah besar. Ia tak mau jika si pemiliknya kembali menuai pedih juga luka.
Benda ini bukan hanya diinginkan oleh benda lain yang bernama cinta namun ada benda yang bernama ikhlas dan tulus yang ikut mengantri untuk menemani benda ini. Mereka berlomba-lomba berdekatan dengannya karena ikhlas dan tulus selalu mencoba menjauh dari benda yang dibenci pula olehnya yaitu dengki, pamrih dan pengkhianatan.
Dan benda itu, bernama hati.

15 Maret 2013
16:48

Thursday, March 7, 2013

Seseorang Lain


Jakarta memang selalu terasa panas. Begitu pula dengan hari kemarin dan hari ini. Rasanya pergi kemanapun tanpa beban terasa menyenangkan tanpa harus mengabari siapapun, “Sayang, aku udah sampe nih”, “maaf baru bales tadi lagi keluar dulu bentaran cari makan” “Aduh koneksi lagi lambat nih, coba sms atau whatsapp” dan lain-lainnya. Terbebas dari hal tersebut memang cukup melegakan bagiku tapi entahlah dengan seseorang lain itu.
Tidak bisa dipungkiri, sekarang handphoneku mulai kehilangan fungsi. Biasanya setiap detik dan menit, pasti berdering tanda ada BBM atau chat whatsapp yang masuk ataupun telepon yang memanggil tapi kini handphone diam dan kesepian. Tak ada chat yang masuk selain broadcast ataupun hanya SMS yang dikirimkan oleh operator, hingga handphoneku rusakpun tidak ada yang menghubungiku satupun. Berarti memang benar, handphoneku telah kehilangan fungsinya hingga untuk hidup normalpun dia sudah tidak mau.
Kebetulan masih ada sisa quota koneksi internet, aku mencoba membaca beberapa artikel di berbagai situs terkenal dan beberapa blog dan ada satu blog yang aku tak sengaja membukanya. Ternyata blog tersebut milik teman dari seseorang lain itu. Dari tulisannya saja sudah mengundangku untuk stalking TL dari seseorang lain itu dan hasilnya, aku sejenak berpikir dan menyadari bahwa suatu kebodohan terbodoh adalah nge­-stalking TL seseorang lain yang telah di block oleh diri sendiri. Rasanya seperti sedang mengisi ujian dan diberi kunci jawabannya namun tetap mengisi soal tersebut dengan jawaban sendiri yang sudah tentu salah dan bukan jawabannya. Itu termasuk tindakan bodoh ‘kan?
Ada beberapa alasan mengapa aku lebih senang berada jauh dari Bandung ketika merasakan sakit luar biasa, jika dikatakan melupakan, tentu tidak. Aku bukan seorang munafik, melupakan hal yang sakit dalam waktu yang singkat hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang mengalami kecelakaan lalu koma dan amnesia. Hal sekecil apapun membutuhkan proses begitupun aku yang sedang mengalami proses dimana otakku sedang melewati masa penjernihan dan hati yang sakit itu juga sedang mendapatkan pengobatan dari aroma udara luar selain Bandung.
Mungkin dari benak seseorang yang membaca tulisanku ini, jika hati ternyata mengalami sakit juga pasti pertanyaan yang muncul adalah berapa lama waktu yang kamu buang selama beberapa bulan ini? Jawabannya, semua yang aku lakukan tak ada yang sia-sia, pahami dan maknai. Baik atau buruknya seseorang lain itu aku yang rasakan dan semua yang telah dilewati merupakan rute menuju pendewasaan diri.

Jakarta, 6 Maret 2013
00:13

Friday, March 1, 2013

Analogi Pohon dan Angin


Memang, ada beberapa ranting yang patah tadi sore. Dipatahkan. Ini jawaban dari Tuhan dari doanya semalam. Pohon ini tidak bisa lagi merasakan angin yang selalu menggerakan daun-daun rapuhnya. Kini, tidak ada ranting tidak pula ada daun.
Hembusan angin-angin itu memang tidak begitu baik bagiku. Angin telah pergi meninggalkan pohon tanpa daun dan ranting itu sendirian. Angin tak suka. Ia lebih baik menghembuskan kekuatannya pada pohon-pohon kecil di halaman rumah yang cantik bukan menghembuskannya pada pohon di hutan dengan akar yang kuat namun tak beranting, rapuh.
Pohon, perbanyaklah tersenyum pada bayangmu di genangan air sana. Pohon berkata pada dirinya sendiri, “aku memang tidak merasa menjadi seorang baik namun seberapa pantas aku bisa menjadi apa yang diinginkannya. Merubah sesuatu yang sudah ada, aku tak begitu suka. Aneh dan rasanya tidak baik untukku. Aku tumbuh di hutan, akarku kuat tapi angin, kamu mematahkan rantingku yang sudah rapuh dan selalu mengugurkan daun-daunku. Pergilah angin, lebih baik aku seperti dulu, sendirian di hutan tapi aku bisa menumbuhkan daundaunn lagi agar aku cantik”.
Entah apa yang dirasakan angin saat mengetahui pohon sedang berbicara pada genangan air. Angin mengehmbuskan kekuatannya pada pohon. Hembusan sangat kencang hingga ranting dan daun-daunnya kembali berguguran. Sebelum pergi, angin berbicara pada pohon rapuh itu, “Lebih baik aku mencari pohon-pohon kecil dengan akar yang tidak terlalu kuat namun tidak rapuh, mereka bisa aku hembuskan kapan saja tanpa mengeluh seperti kamu pohon rapuh”.
Angin pergi tanpa memedulikan pohon rapuh itu. Tanpa menoleh bahkan saling merangkul seperti dulu pun tidak. Ia benar-benar pergi. Tidak peduli dengan ranting yang telah dipatahkannya. Hanya ada elang yang sesekali menghampiri pohon untuk sekedar menemaninya agar tidak selalu sendiri.

Jumat, 1 Maret 2013
00:52