Apakah yang lebih baik,
meninggalkan atau ditinggalkan? Keduanya memiliki kesamaan. Sama-sama
menyakitkan. Meninggalkan atau ditinggalkan bukan persoalan kisah cinta remaja
saja melainkan tentang lingkaran kehidupan.
Waktu dimana aku ditinggalkan,
semua terasa memojokkanku. Seakan aku yang paling merasakan sakit namun
meninggalkan juga ternyata sakit. Apalagi meninggalkannya bukan karena
kesalahan tetapi karena keadaan dan itu lebih menyakitkan dari ditinggalkan. Merasa
menjadi seorang yang jahat namun kesakitan.
Kepedihan saat bertahan juga cukup
menjadi alasan untuk meninggalkan. Tak ada satupun orang yang mengerti akan
rasa itu jika tidak dirasakan sendiri. Tak peduli jika seseorang atau beberapa
orang ain beranggapan aku seorang yang jahat karena meninggalkan tetapi apakah
orang-orang tersebut akan menjamin kebahagiaan kita? Tentu tidak. Kebahagiaan
itu dircari, didapatkan dan dirasakan sendiri.
Sembunyi dari rasa tidak nyaman
dengan keadaan bukanlah pilihan yang bijak. Jika berkata masih salah dan diam pun
masih menjadi kesalahan. Apa yang harus diperbuat lagi? mendewasakan diri
sendiri tanpa melihat siapa yang sedang bersembunyi di balik rasa nyaman? Itu juga
bukan pilihan bijak. Namun jika meninggalkan dan memilih kembali jalan
masing-masing yang pernah berjalan pada satu arah namun tidak seimbang itu
pilihan bijak?
Aku tidak membutuhkan seorang inspirator
ataupun motivator. Apapun yang mereka katakan hanya menghibur diri juga
mengobati luka sendiri karean pada kenyataannya mereka tak juga merasakan beban
apa yang sedang dirasakan oleh mereka yang bersembunyi dari rasa
ketidaknyamanan.
Seorang yang bebas, bisa berlari
kemanapun ke semua arah dan terbang melayang melebihi tingginya angkasa. Semua
terlanjur berbalik, aku bisa berlari lagi namun hanya bisa pada satu arah dan
sulit untuk terbang melayang, bahkan sayap ini seakan tidak berfungsi. Tidak ada
waktu yang tepat untuk kembali namun dengan cara apa agar aku bisa menjadi
seseorang itu lagi.
Rabu, 27 Februari 2013
23:24